Muhkam dan Mutasyabih
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Muhkam dan Mutasyabih” ini dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta Salam semoga terus tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang merupakan satu-satunya Nabi yang dapat mensyafa’ati umatnya di hari kiamat kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari teman-teman.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena kesempurna’an hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami menjadi lebih layak untuk dibaca, dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mohon ma’af apabila dalam makalah ini ada kata-kata yang kurang berkesan di hati pembaca. Semoga makalah ini berrmanfa’at bagi semua pihak, baik di dunia maupun di akhirat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pekalongan, 12 Februari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam mempuyai dua pegangan atau pedoman utama, yaitu Al-Qur’an dan Al Hadits, dimana Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber yang didalamnya berisi semua hukum agama Islam.
Al-Qur’an mengandung dua macam kelompok ayat, yaitu kelompok ayat yang muhkam dan kelompok ayat yang mutasyabih, dalam Al-Qur’an memang disebutkan kata–kata muhkam dan mutasyabih, diantaranya yaitu:
1. Q.S. Hud [11] : 1
Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
2. Q.S. Az-Zumar [39] : 23
3. Q.S. Ali Imran [3] : 7
Berdasarkan tiga ayat tersebut, muncul tiga pendapat tentang masalah muhkam dan mutasyabih. Pertama berpendapat bahwa ayat Al-Qur’an seluruhnya muhkam berdasarkan ayat pertama. Kedua berpendapat bahwa ayat Al-Qur’an seluruhnya mutasyabih berdasarkan ayat kedua. Ketiga berpendapat bahwa sebagian ayat Al-Qur’an ada yang muhkam dan ada yang mutasyabih berdasarkan ayat ketiga.
Dari keterangan di atas, penulis akan membahas tentang hakikat ayat-ayat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari muhkam dan mutasyabih?
2. Bagaimanakah kriteria ayat–ayat muhkam dan mutasyabih?
3. Bagaimana sikap para Ulama terhadap muhkam dan mutasyabih?
4. Apakah hikmah yang bisa diambil dari ayat–ayat muhkam dan mutasyab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam secara bahasa berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan antara dua hal perkara atau lebih, maka hakim adalah orang yang mencegah kezaliman dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Sedangkan muhkam yaitu sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan yang bathil.
Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata syabaha, yaitu bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah adalah keadaan dimana satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dengan yang lain, karena ada kemiripan di antara keduanya secara kongkrit dan abstrak.
Istilah muhkam dan mutasyabih mempunyai beberapa definisi yang berbeda, diantaranya yaitu :
1. Muhhkam ialah ayat yang jelas maknanya, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang tidak dijelaskan maknanya.
2. Muhkam ialah ayat yang maksudnya dapat diketahui baik secara nyata ataupun melalui ta’wil, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang hanya diketahui oleh Allah, seperti masalah kiamat, munculnya Dajjal dan potongan huruf–huruf hija’ di awal surat.
3. Muhkam ialah ayat yan hanya mengandung satu pena’wilan, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang mengandung beberapa kemungkinan pena’wilan.
4. Muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang tidak sempurna pemahamannya kecuali dengan merujuk kepada ayat lainnya.
5. Muhkam ialah ayat yang tidak dihapuskan, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang sudah dihapuskan.
6. Mutasyabih ialah ayat–ayat yang dimanshukh, ayat–ayat yang menjadi permulaan dan terakhir, ayat–ayat yang menjadi contoh dan ayat–ayat tentang sumpah, serta merupakan ayat–ayat yang diimani tapi tidak perlu diamalkan.
7. Muhkam ialah ayat yang memiliki arti rasional, sedangkan mutasyabih ialah ayat yang memiliki arti irasional. Termasuk kategori ayat mutasyabihat adalah ayat–ayat yang mempunyai arti sifat seperti Al-Wajhu, Al-Yadu, dan lain sebagainya.
8. Ibn Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib dari Ibn Abbas yang mengatakan bahwa ayat–ayat muhkam adalah ayat yang menghapus (nasikh), berbicara tentang halal–haram, ketentuan–ketentuan (hudud), kefardhuan, serta yang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat–ayat mutasyabih adalah ayat yang dihapus (mansukh), yang berbicara tentang perumpamaan–perumpamaan (amtsal), sumpah (aqsam), dan yang harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa muhkam merupakan ayat-ayat yang mempunyai makna jelas, baik lafadz maupun maksudnya, sehingga tidak menimbulkan keraguan, kekeliruan dan penafsiran lain. Ayat yang termasuk muhkam yaitu naskh (ayat yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan jelas) dan zhahir (makna lahir). Sedangkan mutasyabih merupakan ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ayat yang termasuk mutasyabih yaitu mujmal (global atau umum), mu’awwal (harus ditakwil), musykil dan mubham (ambigu).
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih
1. Kesamaran lafal
a) Kesamaran karena mufrad
Lafal mufrad belum tersusun dalam kalimat sehingga artinya tidak jelas yang disebabkan karena lafalnya yang asing (gharib) atau musytarak (bermakna ganda).
Contoh lafal mufrad yang gharib:
Lafal ابا ini asing karena jarang ditemukan diAl-Quran seperti tersebut dalam ayat وفاكهة وابا (Surah Abasa:31).Lafal ابا ini berarti rerumputan jika penjelasannya merujuk pada ayat متاعا لكم ملانعامكم (Surah Abasa:32).
Contoh lafal mufrad yang musytarak:
Lafal اليمين yang bermakna ganda yakni bisa tangan kanan,kuat,atau sumpah sehingga dalam hal ini menimbulkan kesamaran seperti dalam ayat
فراغ عليهم ضربا باليمين (Surah Al-Shaffat:93).Jika اليمين diartikan tangan kanan berarti nabi Ibrahim menghancurkan berhala dengan tangan kanan.Jika اليمين diartikan kuat berarti nabi Ibrahim menghancurkan berhala dengan (tenaga yang) kuat.Dan Jika اليمين diartikan sumpah bisa diartikan bahwa sebelumnya nabi Ibrahim telah bersumpah untuk menghancurkan berhala Raja Namrud.
b) Kesamaran karena murakkab
Lafal murakkab yang telah tersusun kalimatnya itu bisa disebabkan karena terlalu ringkas,atau terlalu luas,atau juga karena susunan kalimatnya kurang tertib.
Contoh lafal murakkab yang terlalu ringkas:
Perlu adanya penambahan lafal لو تز وجتمو هن dalam surah An-Nisa:3 sehingga ayat itu menjadi
Contoh lafal murakkab yang terlalu luas:
Seharusnya ada penghapusan huruf ك dalam ayat ليس كمثله شيء (tidak ada sesuatu yang (sama) seperti seperti-Nya) dalam hal ini kata "seperti" menimbulkan pemahaman yang terlalu luas.
Contoh lafal murakkab yang susunannya kurang tertib:
الحمد لله الدين انزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا قيما
Ayat diatas penggalan surah Al-Kahfi:1.lafal قيما seharusnya dletakkan sebelum ولم يجعل agar mudah dipahami.
2.Kesamaran makna ayat
Kesamaran makna ayat yang dimaksud adalah bahwa manusia tak akan mampu menjangkau pemahaman dari arti suatu ayat,misalkan saja ayat tentang kiamat,sifat penyayang Allah,surga,neraka dan lainnya.Manusia tak akan mampu menggambarkan peristiwa dari artian ayat tadi.
3.Kesamaran lafal dan makna ayat
Contoh ayat yang didalamnya terdapat kesamaran lafal dan maknanya:
Ayat diatas masih sulit dipahami orang lain karena ayat tersebut sesuai dengan adat kebiasaan orang arab jahiliyah dahulu kala.Lafal pada ayat diatas juga samar dan terlalu ringkas maknanya.Jika ada penambahan lafal ان كنتم محرمين بحج او عمرة (jika kalian sedang melakukan haji atau umrah) maka orang akan paham bahwa ayat tersebut ditujukan bagi orang yang sedang ihram.Maka kebajikan yang dimaksud adalah menunaikan haji atau umrah
C. Macam-macam Ayat Mutasyabihat
1. Ayat mutasyabihat yang hanya diketahui Allah
Ayat ini memiliki kesamaran yang pemahamannya tidak dapat dijangkau akal manusia seperti tentang kiamat,sifat-sifat Allah surga neraka dan lainnya yang hanya Allah sendiri yang Maha Tahu.
Contoh ayatnya:
وعنده مفاتح الغيب لايعلمها الا هو
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;tak ada yang mengetahuinya,kecuali Dia sendiri."
2. Ayat mutasyabihat yang bisa diketahui orang dengan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
3. Ayat mutasyabihat yang hanya diketahui pakar ilmu dan sains
Seperti dalam keterangan ayat berikut:
وما يعلم تأويله الا الله والرسخون في العلم
"Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya,melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya."
D. Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Mutasyabihat
Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat mutasyabihat ada yang bisa dipahami manusia dan sebagian ulama yang lain berpendapat sebaliknya.
Namun dalam penafsiran Al-Qur'an diperlukan ketelitian dan kehati-hatian,tak jarang dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama.Ada ulama yang mengatakan bahwa :"Barangsiapa yang ingin menafsirkan Al-Qur'an, maka pertama kali ia harus mencarinya dalam Al-Qur'an.Apa yang mujmal dalam satu tempat,penafsirannya terdapat ditempat lain ,dan apa yang disingkat ditempat lain,ditempat lain diperluas."
Dalam surah Ali Imran ayat 7 para ulama mempunyai pendapat yang berbeda-beda.Ayat tersebut adalah:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ
"Dialah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu.Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat,itulah pokok-pokok isi al-Qur'an,dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.Adapun orang-orang yang hatinya condong pada kesesatan maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya,padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,semuanya itu berasal dari Tuhan kami. "Hal yang menjadi perdebatan dikalangan ulama yaitu:
1. Apakah والرسخون diathafkan pada lafal الله sebelumnya?
2. يقولون امنابه apakah menjadi hal dari والرسخون ?Atau
3. الرسخون apakah menjadi mubtada’/subjek dan khobarnya/predikatnya lafal يقولون dan untuk huruf و nya itu isti’naf/titik permulaan?
Berikut pendapat para ulama mengenai masalah diatas:
1. Menurut Imam Mujahid dan sahabat-sahabatnya,serta Imam Nawawi bahwa والرسخون diathafkan pada lafal الله sebelumnya.
2. Menurut sahabat tabi’in dan tabi’in serta orang-orang setelah mereka berpendapat bahwa الرسخون menjadi mubtada’/subjek dan khobarnya/predikatnya lafal يقولون .
Adapun pendapat ulama tentang ayat mutasyabihat:
1. Pendapat Jumhur ulama Ahlus Sunnah dan sebagian Ahli Ra’yi mengatakan bahwa ayat mutasyabihat cukup diimani saja,tak perlu pena’wilan arti dan makna ayat mutasyabihat.
2. Namun untuk ayat mutasyabihat yang menerangkan keagungan Allah perlu adanya pena’wilan.Hal ini disepakati Jumhur ulama Ahlus Sunnah dan sebagian Ahli Ra’yi.
3. Sebagian ulama lain menengahi kedua pendapat tersebut,yakni Ibnu Daqiqil ‘Id mengatakan bahwa dalam pena’wilan ayat mutasyabihat sepadan dengan bahasa arab dan jika tidak demikian ,maka ditangguhkan ta’winnya tersebut.Dan ayat mutasyabihat tersebut cukup diimani saja tanpa perlu pengamalan.
E. Hikmah dibalik Ayat Muhkam dan Mutasyabihat
1. Sebagai ujian keimanan bagi manusia dan memperjelas orang yang akan menimbulkan fitnah dengan berusaha menta’wil ayat mutasyabihat jauh dari makna sebenarnya.Namun jika seluruh ayat Al-Qur'an berupa ayat muhkam ,maka akan sirna ujian keimanan tersebut karena pengertian ayat-ayatnya yang sudah jelas.
2. Untuk memperkuat kedudukan Al-Qur'an sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia.Namun jika Al-Qur'an seluruh ayatnya berupa ayat mutasyabih maka akan lenyap kedudukan Al-Qur'an itu.Hanya orang yang benarlah yang imannya penuh keyakinan bahwa Al-Qur'an seluruhnya dari Allah.
3. Adanya ayat muhkam dan mutasyabihat sebagai motivasi bagi umat islam untuk menggali maksud isi yang terkandung dalam Al-Qur'an
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian tentang Muhkam dan Mutasyabih di atas, dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya, sehingga tidak menimbulkkan keraguan dan tidak pula memerlukkan penakwilan.
2. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, sehingga memerlukan penakwilan untuk memahaminya.
3. Ayat-ayat muhkam dan mutasyabih adalah dua hal yang saling melengkapi dalam Al-Qur’an, muhkam sebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai penjelas dan petunjuk. Mutasyabih sebagai ayat yang tersirat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah manusia yang tidak akan habis untuk dikaji dan diteliti.
4. Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus menggali berbagai kandungannya, serta bersedia membaca Al-Qur’an dengan menkaji, memahami dan mengamalkan isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasany, Al Sayid Muhammad bin Alawi Al Maliky.2008.
القواعدالاساسيت في علوم القران : Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an.Pekalongan:
Al-Asri
Abidin S, Drs.Zainal.1992. Seluk Beluk Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sya’roni, Sam’ani. 2011. Tafkirah Ulum Al-Qur’an. Pekalongan : Al-Ghotasi
Putra
Zaid, Nashr Hamid Abu.1983.Tekstualitas Al-Qur'an Kritik Terhadap Ulumul
Qur'an.Yogyakarta:LKiS Yogyakarta.Cetakan I.
Quthan, Mana'ul.1995.Pembahasan Ilmu Al-Qur'an 2.Jakarta:PT Rineka
Cipta.Cetakan I.
No comments:
Post a Comment