Thursday, February 7, 2013

Media Pembelajaran Menurut Hadits




MEDIA PEMBELAJARAN

YANG SESUAI DENGAN KONDISI BELAJAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah              : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu      : M. Isbiq, M.S.I



Oleh :
Kelompok 10
1.      Khasan Fauzi                        (2021111067)
2.      Agung Huda Saputra           (2021111076)
3.      Khasinah Amalia                  (2021111074)

Kelas B


JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012 


KATA PENGANTAR
     
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

            Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Kondisi Belajar ini dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta Salam semoga terus tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang merupakan satu-satunya Nabi yang dapat mensyafa’ati umatnya di hari kiamat kelak.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari teman-teman.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena kesempurna’an hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami menjadi lebih layak untuk dibaca, dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mohon ma’af apabila dalam makalah ini ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi semua pihak, baik di dunia maupun di akhirat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
                                               
Pekalongan, 12 November 2012


Penulis

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menuntut adanya upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil IPTEK dalam kegiatan belajar mengajar. Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan media pembelajaran ataupun sarana belajar dengan baik dan tepat sasaran, serta tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.
Walaupun tujuan awal dari pendidikan itu sudah baik, akan tetapi jika tidak didukung oleh media yang tepat, tujuan yang baik tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah media dalam pembelajaran akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap dan tepat sasaran, serta  mempengaruhi hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut.
Pada zaman Nabi SAW sudah dikenal kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau kita melihat kembali pada zaman Nabi SAW, sebenarnya media pembelajaran itu sendiri sudah ada dan sudah diaplikasikan oleh Rasulullah SAW. Beliau dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya media sebagai sarana penyampaian materi ajaran agama Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi belajar berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW dan aplikasinya dalam dunia pembelajaran.

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah memiliki arti “perantara” atau pengantar.[1] Menurut Association For Education and Communication Technologi (AECH), media ialah segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Dan menurut Education Association, media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.[2] Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( وسا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Zakiah Daradjat, media pendidikan atau pembelajaran adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di luar kelas, yang digunakan sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa.[3] Sedangkan menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman dalam bukunya yang berjudul “media pembelajaran” menjelaskan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehinga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.[4]
Grlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[5]
Sehingga dapat dipahami, bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pegetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

B.       Media Pembelajaran dalam Hadits

1.      Menggunakan gambar
حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِيْ، عَنْ مُنْذِرٍ، عَنْ رَبِيْعٍ بْنِ خُثَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ الله رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطًّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ، وَخَطَّ خُطُطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِيْ فِي الْوَسَطِ، وَقَالَ: (هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيْطٌ بِهِ - أَوْ: قَدْ أَحَاطَ بِهِ - وَهَذَا الَّذِيْ هُوَ خَارِجُ أَمْلُهُ، وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ، فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا، وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا).(رواه البخاري)[6]
Terjemah :
“Telah menceritakan pada kami Sodaqoh bin Fadhil, telah memberikan kabar kepadaku Yahya bin Sa’id dari Sofyan, beliau bersabda: Telah menceritakan kepadaku bapak ku dari Mundzir dari Robi’ bin Khusein dan Abdullah R.A, Beliau bersabda: Nabi SAW pernah membuat garis (gambar) persegi empat dan membuat suatu garis lagi di tengah-tengah sampai keluar dari batas(persegi empat), kemudian beliau membuat banyak garis kecil yang mengarah ke garis tengah dari sisi-sisi garis tepi, lalu beliau bersabda: Beginilah gambaran manusia. Garis persegi empat ini adalah ajal yang pasti bakal menimpanya, sedang garis yang keluar ini adalah angan-angannya, dan garis-garis kecil ini adalah berbagai cobaan dan musibah yang siap menghadangnya. Jika ia terbebas dari cobaan yang satu, pasti akan tertimpa  cobaan lainnya,jika ia terbebas dari cobaan yang satunya lagi, pasti akan tertimpa cobaan lainnya lagi. (HR.Imam Bukhori)
Nabi SAW menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang melingkarinya adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya sementara garis-garis kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah yang selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.
Dalam gambar ini Nabi SAW menjelaskan tentang hakikat kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke depan untuk menggapai segala yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini, dan ajal yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat sehingga membuat manusia tidak mampu menghindar dari lingkaran ajalnya, sementara itu dalam kehidupannya, manusia selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah, musibah lainnya siap menghadang dan membinasakannya, artinya setiap manusia tidak mampu menduga atau menebak kapan ajal akan menjemputnya.[7]
Secara tidak langsung Nabi SAW memberikan nasehat pada mereka untuk tidak (sekedar melamun) berangan-angan panjang saja (tanpa realisasi), dan mengajarkan pada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Hadits ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah SAW seorang pendidik yang sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa.

2.      Menggunakan jari tangan
حَدَّثَنِيْ عَمْرٌوَ النَّاقِدُ. حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدُالْعَزِيْزِ عَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ أَبِيْ بِكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ" وَضَمَّ أَصَابِعَهُ.(رواه مسلم)[8]
Terjemahan:
Telah menceritakan padaku Amrun dan Naqid. Telah menceritakan pada kami Abu Ahmad Zubair. Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Abdul Aziz, dari Ubaidillah bin Abu Bakar bin Anas, dari Anas bin Malik r.a: Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memelihara dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat dia datang bersamaku,” beliau menggenggam jemarinya. (HR. Imam Muslim).
Dalam hadits di atas, Nabi SAW menjelaskan tentang keistimewaan orang yang menyantuni atau memelihara dua anak perempuan dengan menggunakan jari tangan beliau. Nabi SAW menggenggamkan jemarinya untuk memberikan penekanan tertentu sehingga dapat dipahami bahwa Jika orang yang memelihara dua anak perempuannya hingga ia dewasa, atau sudah bisa menikah. Maka kelak hari kiamat dia akan dekat dengan Nabi SAW.[9]
Dari penjelasan mengenai hadits tersebut, dapat dipahami bahwa ketika Nabi SAW menjelaskan tentang ajarannya, beliau menggunakan media yang variatif dan komunikatif yang disesuaikan dengan kondisi pada saat itu. Pada saat itu Nabi SAW menjelaskan dengan genggaman jemari beliau dengan maksud bahwa genggaman itu adalah suatu kedekatan antara Nabi SAW dengan orang yang dijelaskan dalam hadits tersebut. Dengan menggenggamkan jemari tangan, maka akan lebih memudahkan dan memahamkan para sahabat dalam menerima penjelasan dari Nabi SAW.

3.      Menggunakan Kerikil

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ, وَأَخْبَرَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا بَشِيْرُ بْنُ الْمُهَاجِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الله بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَلْ تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ هَذِهِ وَ هَذِهِ؟ وَرَمَى بحصَاتَيْنِ قَالُوا الله وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ هَذَاكَ الْأَمَلُ وَهَذَاكَ الْأَجَلُ". قَالَ أَبُو عِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. (سنن الترمذي)
Terjemah :
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma’il, dan telah memberi kabar kepada kami Khollad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Basyir ibn al-Muhajir, telah memberi kabar kepadaku Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya, beliau berkata: “Rasulullah S.A.W  bertanya kepada para sahabat, Tahukah kalian semua, apakah sesuatu ini? Rasulullah SAW sambil melemparkan dua kerikil, para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu, kemudian Rasulullah SAW bersabda Sesuatu ini adalah angan-angan dan ini adalah ajal”. Abu ‘Isa berkata: Ini hadits hasan yang nampak asing.  (HR. At-Tirmidzi).
Hadits di atas menjelaskan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, tentang dua benda yang beliau pegang lalu melemparnya, namun sahabat menjawab, hanya Allah dan RasulNya yang tahu, beliau menjawab dua benda itu adalah kerikil sebagai salah satu media dalam pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW dengan mengumpamakan dua kerikil itu bagaikan angan-angan dan ajal seseorang. Maksudnya angan-angan disini adalah kehidupan manusia di dunia dan ajal disini adalah kematian atau ajal seseorang. dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan seperti halnya dua sisi mata uang. Keduanya sudah menjadi kodrat Allah SWT dalam menentukan jalan kehidupan dan ajal manusia.
Dalam hadits ini dapat dipahami bahwa Nabi SAW menggunakan dua kerikil itu sebagai media pembelajaran, untuk memberikan tanda peringatan bagi umat manusia bahwa kehidupan tidak hanya sekali saja, tetapi masih ada kehidupan lain setelah kehiduan di dunia ini, sehingga peran media dalam pembelajaran adalah membantu pemahaman untuk mencapai tujuan pendidikan.[10]
Dari beberapa penjelasan mengenai isi kandungan hadits-hadits di atas,  dikisahkan tentang Rasulullah SAW menggunakan gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan sarana-sarana tersebut untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya. Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan, hadits-hadits tersebut berkaitan dengan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yakni media pembelajaran.

C.      Macam-macam Media Pembelajaran

Media dalam proses belajar dibedakan menjadi alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi serta alat peraga yang diproyeksi.[11]
1.      Alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi antara lain dapat berupa bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, globe, dan lain sebagainya.
2.      Alat peraga yang diproyeksi
Media yang diproyeksi adalah media yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Media yang diproyeksi antara lain dapat berupa film, slide, dan filmstrip.
Berdasarkan sifat kebendaannya, media pembelajaran atau pendidikan dibedakan menjadi 2, yakni:
1.      Media pendidikan yang bersifat benda
Menurut Zakiah Daradjat, alat pendidikan yang berupa benda adalah:
a.       Media tulis (Al-Qur’an, hadits, Tauhid, dll), jika kondisi belajar di dalam ruangan.
b.      Benda-benda alam (hewan, manusia, tumbuhan, dll),di Lingkungan.
c.       Gambar-gambar yang dirancang  (grafik)
d.      Gambar yang diproyeksikan (vidio,dll)
e.       Audio recording (kaset,dll)
2.      Media pendidikan yang bukan benda, yakni:
a.       Keteladanan
b.      Perintah atau Larangan
c.       Ganjaran atau hukuman.[12]

D.      Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori.[13]
1.      Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Dan tujuan tersebut juga harus mempertimbangkan peserta didik yang menjadi target pembelajaran, dalam arti harus disesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan.
2.      Karakteristik Media Pembelajaran
Memahami karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan ketrampilan pemilihan media pembelajaran. Jika kurag memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan pada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.

3.      Alternatif Pilihan
Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan variasi yang beragam dalam menggunakan media pembelajaran, sehingga ada alternatif pilihan dalam menggunakan media pembelajaran.

Pada zaman Nabi SAW, Media pembelajaran yang digunakan masih sederhana, berbeda dengan Pembelajaran  sekarang yang  umumnya sudah menggunakan media teknologi yang serba canggih. Akan tetapi media pembelajaran yang diterapkan oleh Nabi SAW dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam pembelajaran masa sekarang. Apabila kita perhatikan dengan seksama, ternyata media yang diterapkan Nabi SAW adalah sudah sesuai dengan kondisi belajar pada saat itu, sehingga apa yang diajarkan oleh Nabi SAW menjadi tepat sasaran dan lebih memahamkan. Begitu pula seharusnya, media pembelajaran pada saat ini harus disesuaikan dengan kondisi belajar yang ada.
Selain harus sesuai dengan kondisi belajar, media pembelajaran juga harus bisa menghasilkan interaksi yang padu antara guru dan murid. Bagi seorang Guru, memandang media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan mengajar dan memperkembangkan metode-metode yang dipakainya. Bagi Siswa, memandang media pendidikan sebagai suatu kebutuhan untuk meningkatkan pengertian atau pemahamannya dalam rangka mencapai hasil belajar yang diharapkan.[14]

E.       Manfaat Media Pembelajaran

Dalam hadits-hadits Nabi SAW di atas, sudah tersirat mengenai manfaat media pembelajaran, diantaranya yakni ketika Nabi SAW menjelaskan ajarannya menggunakan media seperti gambar, kerikil, dan jari tangan. Dengan media tersebut, para sahabat menjadi lebih paham dengan apa yang disampaikan Nabi SAW. Secara lebih luas, ada banyak manfaat yang diperoleh dari menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, diantaranya:
1.      Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik.
2.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam memberikan materi pelajaran.
3.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan keterangan guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
4.      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
5.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
6.      Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera seperti: terlalu besar, terlalu kecil, gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, peristiwa masa lalu, kompleks, dan konsep yang terlalu luas.[15]

KESIMPULAN
Media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pegetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Rasulullah SAW menggunakan media pembelajaran seperti gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan sarana-sarana tersebut untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya.
Pada era globalisasi ini sudah dikenal berbagai macam media pembelajaran modern yang pada intinya memiliki berbagai manfaat yang sama yakni untuk mencapai tujuan awal dari pendidikan atau pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj.
Atsqalani, Ibnu Hajar. Kitab Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
At-Tirmidzi, Sunan (juz 4). 1992. Semarang: CV. Asyifa.
Daradjat, Zakiah. 1995. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi    Aksara.
Djjamaluddin, Shinqithy dan H.M. Mochtar Zoerni. 2002. Ringkasan Shahih Muslim, Bandung: Mizan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ghuddah, Abdul Fattah Abu. 2009. 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sabri, Ahmad.  2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.


[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 136.
[2] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 112.
[3] Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, cet.ke-1, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm. 226.
[4] Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2002), hlm. 11.
[5] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.3.

[6] Ibnu Hajar Atsqalani, Kitab Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, Hadits ke-6054.
[7] Abdul Fattah Abu Ghuddah,40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2009), hlm. 131-132.
[8] An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, Hadits ke-2631.
[9] Shinqithy Djjamaluddin dan H.M. Mochtar Zoerni, Ringkasan Shahih Muslim, (Bandung: mizan, 2002), hlm. 125.
[10] Sunan At-Tirmidzi (juz 4), CV. Asyifa Semarang, 1992,  hlm.  468.
[11] Ahmad Sabri, op.cit., hlm. 114.
[12] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet 3, (Jakarta: kalam mulia, 2002), hlm.182.
[13] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm.143-144.
[14] Zakiah Daradjat, op.cit., hlm. 226-227.     
[15] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm 125-126.

No comments:

Post a Comment