MEDIA PEMBELAJARAN
YANG SESUAI DENGAN KONDISI
BELAJAR
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah
: Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : M. Isbiq, M.S.I
Oleh :
Kelompok 10
1.
Khasan Fauzi (2021111067)
2.
Agung Huda Saputra (2021111076)
3.
Khasinah Amalia (2021111074)
Kelas
B
JURUSAN TARBIYAH
PAI
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Media Pembelajaran
yang Sesuai dengan Kondisi Belajar”
ini dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta Salam semoga
terus tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang merupakan satu-satunya
Nabi yang dapat mensyafa’ati umatnya di hari kiamat kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini, kami
menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari
teman-teman.
Kami juga menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena kesempurna’an hanya milik Allah
SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun, sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami menjadi lebih layak
untuk dibaca, dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Demikian yang dapat
kami sampaikan, kami mohon ma’af apabila dalam makalah ini ada kata-kata yang
kurang berkenan di hati pembaca. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi semua
pihak, baik di dunia maupun di akhirat.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Pekalongan,
12 November 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin menuntut adanya upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil IPTEK dalam kegiatan belajar mengajar. Para pendidik
dituntut agar mampu menggunakan media pembelajaran ataupun sarana belajar dengan
baik dan tepat sasaran, serta tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, para
pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.
Walaupun tujuan awal dari pendidikan itu
sudah baik, akan tetapi jika tidak didukung oleh media yang tepat, tujuan yang
baik tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah media dalam
pembelajaran akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap dan
tepat sasaran, serta mempengaruhi hasil
akhir dari proses pembelajaran tersebut.
Pada zaman Nabi SAW sudah dikenal kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau
kita melihat kembali pada zaman Nabi SAW, sebenarnya media pembelajaran itu
sendiri sudah ada dan sudah diaplikasikan oleh Rasulullah SAW. Beliau dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya
media sebagai sarana penyampaian materi ajaran agama Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi belajar berdasarkan hadits Nabi Muhammad
SAW dan aplikasinya dalam dunia pembelajaran.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media
Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah memiliki arti “perantara”
atau pengantar.[1]
Menurut Association For Education and
Communication Technologi (AECH), media ialah segala bentuk yang diprogramkan
untuk suatu proses penyaluran informasi. Dan menurut Education Association,
media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.[2]
Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( وسا ئل) atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Zakiah Daradjat, media pendidikan
atau pembelajaran adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya penglihatan
dan pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di luar kelas, yang
digunakan sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses
interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa.[3]
Sedangkan menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman dalam bukunya yang berjudul
“media pembelajaran” menjelaskan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien
(siswa) sehinga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.[4]
Grlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[5]
Sehingga dapat dipahami, bahwa media pembelajaran merupakan
alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi
untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pegetahuan dari berbagai
sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
B. Media Pembelajaran
dalam Hadits
1.
Menggunakan gambar
حَدَّثَنَا
صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ سُفْيَانَ
قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِيْ، عَنْ مُنْذِرٍ، عَنْ رَبِيْعٍ بْنِ خُثَيْمٍ، عَنْ
عَبْدِ الله رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطًّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا
مِنْهُ، وَخَطَّ خُطُطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ
جَانِبِهِ الَّذِيْ فِي الْوَسَطِ، وَقَالَ: (هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا
أَجَلُهُ مُحِيْطٌ بِهِ - أَوْ: قَدْ أَحَاطَ بِهِ - وَهَذَا الَّذِيْ هُوَ
خَارِجُ أَمْلُهُ، وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ، فَإِنْ أَخْطَأَهُ
هَذَا نَهَشَهُ هَذَا، وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا).(رواه البخاري)[6]
Terjemah :
“Telah menceritakan pada kami Sodaqoh bin Fadhil,
telah memberikan kabar kepadaku Yahya bin Sa’id dari Sofyan, beliau bersabda:
Telah menceritakan kepadaku bapak ku dari Mundzir dari Robi’ bin Khusein dan
Abdullah R.A, Beliau bersabda: Nabi SAW pernah membuat garis (gambar) persegi
empat dan membuat suatu garis lagi di tengah-tengah sampai keluar dari
batas(persegi empat), kemudian beliau membuat banyak garis kecil yang mengarah
ke garis tengah dari sisi-sisi garis tepi, lalu beliau bersabda: Beginilah gambaran
manusia. Garis persegi empat ini adalah ajal yang pasti bakal menimpanya,
sedang garis yang keluar ini adalah angan-angannya, dan garis-garis kecil ini
adalah berbagai cobaan dan musibah yang siap menghadangnya. Jika ia terbebas
dari cobaan yang satu, pasti akan tertimpa
cobaan lainnya,jika ia terbebas dari cobaan yang satunya lagi, pasti
akan tertimpa cobaan lainnya lagi. (HR.Imam Bukhori)
Nabi SAW menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam gambar adalah manusia,
gambar empat persegi yang melingkarinya adalah ajalnya, satu garis
lurus yang keluar melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya
sementara garis-garis kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah
yang selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.
Dalam gambar ini Nabi SAW menjelaskan tentang hakikat kehidupan manusia
yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke depan untuk
menggapai segala yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini, dan ajal
yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat sehingga membuat
manusia tidak mampu menghindar dari lingkaran ajalnya, sementara itu dalam
kehidupannya, manusia selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam
eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah, musibah lainnya siap
menghadang dan membinasakannya, artinya setiap manusia tidak mampu menduga atau menebak kapan ajal
akan menjemputnya.[7]
Secara tidak langsung Nabi SAW memberikan nasehat pada mereka untuk tidak
(sekedar melamun) berangan-angan panjang saja (tanpa realisasi), dan
mengajarkan pada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Hadits ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah SAW seorang pendidik
yang sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada
manusia, beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar agar lebih mudah
dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa.
2. Menggunakan
jari tangan
حَدَّثَنِيْ عَمْرٌوَ النَّاقِدُ.
حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدُالْعَزِيْزِ
عَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ أَبِيْ بِكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ" وَضَمَّ أَصَابِعَهُ.(رواه مسلم)[8]
Terjemahan:
Telah
menceritakan padaku Amrun dan Naqid. Telah menceritakan pada kami Abu Ahmad
Zubair. Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Abdul Aziz, dari Ubaidillah
bin Abu Bakar bin Anas, dari Anas bin Malik r.a: Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa memelihara dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari
kiamat dia datang bersamaku,” beliau menggenggam jemarinya. (HR. Imam Muslim).
Dalam
hadits di atas, Nabi SAW menjelaskan tentang keistimewaan orang yang menyantuni
atau memelihara dua anak perempuan dengan menggunakan jari tangan beliau. Nabi
SAW menggenggamkan jemarinya untuk memberikan penekanan tertentu sehingga dapat
dipahami bahwa Jika orang yang memelihara dua anak perempuannya hingga ia
dewasa, atau sudah bisa menikah. Maka kelak hari kiamat dia akan dekat dengan
Nabi SAW.[9]
Dari
penjelasan mengenai hadits tersebut, dapat dipahami bahwa ketika Nabi SAW
menjelaskan tentang ajarannya, beliau menggunakan media yang variatif dan
komunikatif yang disesuaikan dengan kondisi pada saat itu. Pada saat itu Nabi
SAW menjelaskan dengan genggaman jemari beliau dengan maksud bahwa genggaman
itu adalah suatu kedekatan antara Nabi SAW dengan orang yang dijelaskan dalam
hadits tersebut. Dengan menggenggamkan jemari tangan, maka akan lebih memudahkan
dan memahamkan para sahabat dalam menerima penjelasan dari Nabi SAW.
3. Menggunakan
Kerikil
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْمَاعِيْلَ, وَأَخْبَرَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا بَشِيْرُ بْنُ
الْمُهَاجِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الله بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَلْ تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ
هَذِهِ وَ هَذِهِ؟ وَرَمَى بحصَاتَيْنِ قَالُوا الله وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ
هَذَاكَ الْأَمَلُ وَهَذَاكَ الْأَجَلُ". قَالَ أَبُو عِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ
حَسَنٌ غَرِيْبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. (سنن الترمذي)
Terjemah :
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Isma’il, dan telah memberi kabar kepada kami Khollad bin Yahya, telah
menceritakan kepada kami Basyir ibn al-Muhajir, telah memberi kabar kepadaku
Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya, beliau berkata: “Rasulullah S.A.W bertanya kepada para sahabat, Tahukah kalian
semua, apakah sesuatu ini? Rasulullah SAW sambil melemparkan dua kerikil, para
sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu, kemudian Rasulullah
SAW bersabda Sesuatu ini adalah angan-angan dan ini adalah ajal”. Abu ‘Isa
berkata: Ini hadits hasan yang nampak asing. (HR. At-Tirmidzi).
Hadits di atas menjelaskan bahwa suatu ketika
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, tentang dua benda yang beliau
pegang lalu melemparnya, namun sahabat menjawab, hanya Allah dan RasulNya yang
tahu, beliau menjawab dua benda itu adalah kerikil sebagai salah satu media
dalam pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW dengan mengumpamakan dua kerikil
itu bagaikan angan-angan dan ajal seseorang. Maksudnya angan-angan disini
adalah kehidupan manusia di dunia dan ajal disini adalah kematian atau ajal
seseorang. dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan seperti halnya dua sisi mata
uang. Keduanya sudah menjadi kodrat Allah SWT dalam menentukan jalan kehidupan dan
ajal manusia.
Dalam hadits ini dapat dipahami bahwa Nabi
SAW menggunakan dua kerikil itu sebagai media pembelajaran, untuk memberikan
tanda peringatan bagi umat manusia bahwa kehidupan tidak hanya sekali saja,
tetapi masih ada kehidupan lain setelah kehiduan di dunia ini, sehingga peran
media dalam pembelajaran adalah membantu pemahaman untuk mencapai tujuan
pendidikan.[10]
Dari beberapa penjelasan mengenai isi kandungan hadits-hadits
di atas, dikisahkan tentang Rasulullah
SAW menggunakan gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam
menyampaikan ajarannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti
Rasulullah SAW menggunakan sarana-sarana tersebut untuk memberi gambaran
perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya.
Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan, hadits-hadits tersebut berkaitan
dengan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yakni media pembelajaran.
C. Macam-macam
Media Pembelajaran
Media dalam proses
belajar dibedakan menjadi alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi serta alat
peraga yang diproyeksi.[11]
1.
Alat peraga dua
dimensi dan tiga dimensi
Alat peraga dua
dimensi dan tiga dimensi antara lain dapat berupa bagan, grafik, poster, gambar
mati, peta datar, peta timbul, globe, dan lain sebagainya.
2.
Alat peraga yang
diproyeksi
Media yang
diproyeksi adalah media yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada
layar. Media yang diproyeksi antara lain dapat berupa film, slide, dan
filmstrip.
Berdasarkan sifat kebendaannya, media pembelajaran
atau pendidikan dibedakan menjadi 2, yakni:
1. Media
pendidikan yang bersifat benda
Menurut Zakiah Daradjat, alat pendidikan yang
berupa benda adalah:
a. Media
tulis (Al-Qur’an, hadits, Tauhid, dll), jika kondisi belajar di dalam ruangan.
b. Benda-benda
alam (hewan, manusia, tumbuhan, dll),di Lingkungan.
c. Gambar-gambar
yang dirancang (grafik)
d. Gambar
yang diproyeksikan (vidio,dll)
e. Audio
recording (kaset,dll)
2. Media pendidikan
yang bukan benda, yakni:
a. Keteladanan
b. Perintah
atau Larangan
c. Ganjaran
atau hukuman.[12]
D.
Prinsip-Prinsip
Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Drs. Sudirman N.
(1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran yang
dibaginya ke dalam tiga kategori.[13]
1.
Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus
berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Dan tujuan tersebut juga
harus mempertimbangkan peserta didik yang menjadi target pembelajaran, dalam
arti harus disesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan.
2.
Karakteristik Media
Pembelajaran
Memahami karakteristik berbagai media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya
dengan ketrampilan pemilihan media pembelajaran. Jika kurag memahami
karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan pada kesulitan dan cenderung
bersikap spekulatif.
3.
Alternatif Pilihan
Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan
variasi yang beragam dalam menggunakan media pembelajaran, sehingga ada
alternatif pilihan dalam menggunakan media pembelajaran.
Pada zaman Nabi SAW, Media pembelajaran yang
digunakan masih sederhana, berbeda dengan Pembelajaran sekarang yang
umumnya sudah menggunakan media teknologi yang serba canggih. Akan
tetapi media pembelajaran yang diterapkan oleh Nabi SAW dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam pembelajaran masa sekarang. Apabila kita perhatikan dengan
seksama, ternyata media yang diterapkan Nabi SAW adalah sudah sesuai dengan
kondisi belajar pada saat itu, sehingga apa yang diajarkan oleh Nabi SAW
menjadi tepat sasaran dan lebih memahamkan. Begitu pula seharusnya, media
pembelajaran pada saat ini harus disesuaikan dengan kondisi belajar yang ada.
Selain harus sesuai dengan kondisi belajar,
media pembelajaran juga harus bisa menghasilkan interaksi yang padu antara guru
dan murid. Bagi seorang Guru, memandang media pendidikan sebagai alat bantu
utama untuk menunjang keberhasilan mengajar dan memperkembangkan metode-metode
yang dipakainya. Bagi Siswa, memandang media pendidikan sebagai suatu kebutuhan
untuk meningkatkan pengertian atau pemahamannya dalam rangka mencapai hasil
belajar yang diharapkan.[14]
E. Manfaat
Media Pembelajaran
Dalam hadits-hadits Nabi SAW di atas, sudah
tersirat mengenai manfaat media pembelajaran, diantaranya yakni ketika Nabi SAW
menjelaskan ajarannya menggunakan media seperti gambar, kerikil, dan jari
tangan. Dengan media tersebut, para sahabat menjadi lebih paham dengan apa yang
disampaikan Nabi SAW. Secara lebih luas, ada banyak manfaat yang diperoleh dari
menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, diantaranya:
1. Bahan
pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, dan memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran yang lebih
baik.
2. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga dalam memberikan materi pelajaran.
3. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan keterangan
guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
4. Pengajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
5. Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
6. Mengatasi
keterbatasan ruang waktu dan daya indera seperti: terlalu besar, terlalu kecil,
gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, peristiwa masa lalu, kompleks, dan
konsep yang terlalu luas.[15]
KESIMPULAN
Media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang
dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan
atau informasi berupa ilmu pegetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan
atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Rasulullah SAW menggunakan media pembelajaran seperti
gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya
kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan
sarana-sarana tersebut untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam
menyampaikan isi materi yang diajarkannya.
Pada era globalisasi ini sudah dikenal berbagai macam
media pembelajaran modern yang pada intinya memiliki berbagai manfaat yang sama
yakni untuk mencapai tujuan awal dari pendidikan atau pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
An-Nawawi, Al Minhaj Syarh
Shahih Muslim bin Hajjaj.
Atsqalani, Ibnu Hajar. Kitab Fathul Bari Syarah
Shahih al-Bukhari.
Arsyad,
Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asnawir dan Basyiruddin Usman.
2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
At-Tirmidzi, Sunan (juz 4). 1992.
Semarang: CV. Asyifa.
Daradjat, Zakiah. 1995.
Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Djjamaluddin, Shinqithy
dan H.M. Mochtar Zoerni. 2002. Ringkasan Shahih Muslim, Bandung: Mizan.
Djamarah, Syaiful Bahri
dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ghuddah, Abdul Fattah Abu. 2009. 40
Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah. Bandung: Irsyad Baitus
Salam.
Ramayulis.
2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi
Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan
Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.
[1] Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 136.
[2] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching,
(Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 112.
[3] Zakiah Daradjat, Metode
Khusus Pengajaran Agama Islam, cet.ke-1, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm. 226.
[4] Asnawir dan Basyiruddin
Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2002), hlm.
11.
[5]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm.3.
[6] Ibnu Hajar Atsqalani, Kitab
Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, Hadits ke-6054.
[7] Abdul Fattah Abu Ghuddah,40
Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2009), hlm. 131-132.
[8] An-Nawawi, Al Minhaj
Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, Hadits ke-2631.
[9] Shinqithy Djjamaluddin
dan H.M. Mochtar Zoerni, Ringkasan Shahih Muslim, (Bandung: mizan, 2002),
hlm. 125.
[10] Sunan At-Tirmidzi (juz
4), CV. Asyifa Semarang, 1992, hlm. 468.
[11] Ahmad Sabri, op.cit., hlm. 114.
[12] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, cet 3, (Jakarta: kalam mulia, 2002), hlm.182.
[13] Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, op.cit., hlm.143-144.
[14] Zakiah Daradjat, op.cit.,
hlm. 226-227.
[15] Darwyn Syah, Perencanaan
Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), hlm 125-126.
No comments:
Post a Comment