Kemunduran Dinasti Abasyiyah
Perang Salib dan Invasi Bangsa Mongol
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Pekalongan,
Penyusun
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Pekalongan,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kekhalifahan dipegang oleh Khulafaur- Rasyidin. Banyak upaya yang dilakukan pada masa-masa tersebut hingga pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, maka bentuk pemerintahan kekhalifahan telah berakhir. Berubahnya bentuk pemerintahan dari khalifah ke dinasti (kerajaan) tidak membuat ajaran Islam berubah pula, melainkan peradabannya mengalami perkembangan yang pesat. Kemudian dilanjutkan dengan bentuk pemerintahan dinasti (kerajaan), yaitu dinasti Bani Umayyah dan dinasti Bani Abbasiyah. Pada masa kedua dinasti tersebut peradaban islam mengalami kemajuan yang pesat, tapi diakhir kejayaannya, peradaban islam mengalami tekanan dari berbagai pihak sehingga mengalami kemunduran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskanlah permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini, guna mempermudah pembahasan makalah ini.
1. Kemunduran peradaban islam
2. Perang salib dan invasi bangsa mongol akhir masa Abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemunduran Peradaban Islam
Kemunduran suatu peradaban dapat dilihat melalui dua faktor, faktor internal dan eksternal sebagai berikut :
a. Faktor internal :
1. Kebijakan ganda Harun Ar-Rasyid yang telah mewasiatkan tahta khalifah kepada dua anaknya (Al-Amin dan Al-Makmun) yang ketika itu menjabat gubernur Khurasan.
2. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
3. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
4. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
b. Faktor eksternal faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur adalah Perang Salib dan Invasi Bangsa Mongol
B. Perang Salib
Disebut perang salib karena ekspedisi militer mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu yang diletakkan pada masing masing pundak mereka untuk menunjukan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan membebaskan kota suci Baitul Maqdis (Yerussalem) dari tangan orang-orang islam.
1. Penyebab Perang Salib
Adapun yang menjadi factor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib adalah agama, politik dan sosial ekonomi.
a. Faktor Agama
Dalam pandangan orang Kristen mereka sangat mengagungkan kekuatan suci gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa. Maka banyak dari mereka yang telah putus asa berbondong-bondong memanggil seruan ini. Ditambah lagi dinasti Seljuk yang merebut Baitul Maqdis dari tangan Fathimiyah pada tahun 1070, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana.Selain itu Perang Salib bagi orang-orang Kristen juga merupakan jaminan untuk masuk surga sebab mati dalam perang salib menurut mereka, adalah mati sebagai pahlawan agama dan langsung masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa lalunya.
b. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium sejak tahun 330 yang disebut Konstantinopel di Manzikar (Malazizkir) atau Malasyird, Armenia pada 1071 dan jatuhnya Asia kecil ke bawah kekuasaaan Seljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnesus (Kaisar konstantinopel) untuk meminta bantuan pada Paus Urbanus II (1035-1099); menjadi paus dari (1088-1099) dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan dinasti Seljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Byzantium karena adanya janji kaisar Alexius untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma.
Pada waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar tehadap raja-raja yang berada di bawah kekuasaannya. Ia dapat menjatuhkan sanksi kepada raja yang membangkang perintah Paus dengan mencopot pengakuannya sebagai raja.
Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang lemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dalam perang salib. Ketika itu, dinasti Seljuk di Asia kecil sedang mengalami perpecahan, dinasti fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segi tiga antara Khalifah Fathimiah di Mesir, khalifah Abasiyah di Baghdad dan Amir Umayah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai khalifah.
c. Faktor Sosial Ekonomi
Pandangan masyarakat eropa yang selama ini terkukung oleh kemiskinan atas seruan kebebasan dan materi, menjadikan mereka berduyun-duyun menyambut harapan itu. Maka semua lapisan baik raja, bangsawan, pendeta, saudagar, petani, dan semuanya mempunyai pandangan yang tidak berbeda terhadap perang salib. Oleh karenanya perang ini menjadi alat pemersatu yang sangat baik atas kesatuan Eropa melawan Islam.
Terjadinya peperangan ini pula adalah karena ambisi para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur laut tengah terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa, untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang dan mempermudah jalur perdagangan itu sendiri karena mereka selama ini harus berhadapan denagn para penguasa Islam dalam melakukan perdagangannya. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Selain permasalahan di atas, dalam kehidupan bangsa Eropa telah terbagi dalam kelas-kelas social masyarakat yang ketika itu terdiri dari tiga kelompok yaitu ; kaum gereja, kaum bangsawan serta ksatria, dan rakyat jelata. Meskipun kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas di dalam masyarakat, tetapi mereka menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina. Mereka harus tunduk kepada tuan tanah yang sering bertindaksemena-mena dan mereka dibebani berbagai pajak dan sejumlah kewajiban lainnya. Oleh karena itu, ketika merekadimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang dapat dimenangkan, Maka adanya seruan itu bukan karena mereka ingin memenuhi panggilan suci agama, bukan itulah sebab mereka mengikuti perang salib.
Selain stratifikasi social masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa berlaku hukum waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima harta warisan. Apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Hal ini telah menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat
2. Angkatan perang salib Adapun angkatan peperangan tersebut adalah :
• Angkatan Salib Pertama; ini terjadi setelah Boutrus yang tanpa strategi apapun akhirnya kalah dan terbunuh bersama seluruh tentaranya. Maka pasukan Eropa keluar dengan pasukan yang lebih besar lagi dan dapat menuai kemenangan, pasukan salib berhasil merebut Baitul Maqdisi dinasti Seljuk. Maka setelah pasukan salib merebut daerah ini, terjadilah peristiwa yang sangat mengerikan dengan pembantaian terhadap kaum muslimin yang kira-kira berjumlah 6000 orang.
• Angkatan Salib Kedua; kegagalan Eropa salib yang terjadi pada angkatan kedua ini karena adanya ambisi dalam jabatan kepemimpinan dan konflik internal antar negara-negara Eropa hingga memotivasi Imaduddin Zanky untuk bangkit dan melawan kekuatan salib. Ia menyerang pasukan salib yang bermaskas di Halb dan berhasil menguasainya dengan mudah.
• Angkatan Salib Ketiga; terjadi pada tahun 1183 M. ini adalah tantangan Eropa atas bangkitnya mesir di bawah pimpinan Salahuddin yang merebut Yerussalem dan menghancurkan kerajaan latin di palestina. Demikian dahsyatnya pasukan yang Salahuddin pimpin hingga memupuskan harapan Kristen di Timur. Ia melancarkan pukulan terhadap pasukan salib dan tentaranya memberiakn pil pahit kepada para pasukan salib tersebut. Maka dalam pandangan salib, pasukan salahuddin amatlah menakutkan dalam setiap peperangan melawan mereka.
• Angkatan Salib Keempat; terjadi pada 1204 M. perang pada angkatan inilah yang dinilai paling rusak dalam sejarah peperangan salib. Ini dikarenakan mereka bukanlah para tentara yang terlatih melainkan para penyamun yang mencari keuntungan dalam peperangan ini. Mereka hanya mencari sisa-sisa harta imperium timur serta usaha menyelamatkan diri dari malapetaka perang salib.
• Angkatan Perang Salib Kelima ; Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
• Angkatan Salib Keenam; Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Ketika itu, datang tambahan pasukan yang berasal dari Perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka menjadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Yaitu pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.
• Angkatan Salib Ketujuh; Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.
• Angkatan Salib Kedelapan; Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub.
3. PeriodesasiPerangSalib
Philip K.Hitti berusaha membuat periodesasi perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga periode.
Periode Pertama
Disebut periode penaklukkan (1096-1144). Jalinan kerjasama antara kaisar Alexius dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangant umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II pada konsiliasi Clermont pada tanggal 26 Nopember 1095. menurut penilaian Philip K.Hitti, pidato ini kemungkinan merupakan pidato yang paling berkesan sepanjang sejarah yang telah dibuat Paus.
Pidato ini bergema di seluruh Negara Kristen mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat. Hassan Ibrahim ( sejarahwan) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak mempunyai pengalaman berperang dan tanpa memiliki persiapan.
Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I ‘ermite. Sepanjang jalan menuju kota Konstantinopel mereka membuat keonaran, melakukan perampokan dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongarian dan Byzantium. Akhirnya dengan mudah pasukan salib dapat dikalahkan Dinasti Seljuk.
Perang salib angkatan berikutnya dipimpin oleh God Frey Of Bouillon. Gerakan kali ini lebih merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 juni 1099. pasukan ini melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang seminggu terhadap umat islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda. Disamping itu mereka membumihasungkan bangunan-bangunan umat islam. Sebelum pasukan ini memasuki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu merebut Anatolia Selatan, daerah Tarsus, Antiokia, Alefo dan Arruha (Edessa). Selain itu, mereka juga berhasil merebut Tripoli, Syam (Suriah) dan Acre.
Kemenangan pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia islam dan situasi di kawasan itu. Sebagai akibat dari kemenangan tersebut, berdirilah beberapa kerajaan latin Kristen timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099) di bawah pemerintahan raja God Frey, Edessa (1098) diperintah oleh raja Baldwin, dan Tripoli (1109) dibawah kekuasaan raja Raymond.
Periode Kedua
Disebut periode reaksi umat islam (1144-1192). Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin. Di bawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mosul, kaum muslimin maju membendung serangan kaum salib dan berhasial kembali merebut Allepo dan edessa (Arruha) pada tahun 1144. setelah Imadudin Zangi wafat pada tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya Nuruddin Zangi. Dibawah kepemimpinannya ia meneruskan citi-cita ayahnya untuk membebaskan negri-negri islam dari serangan kaum salib. Kota-kota yang berhasial ia dapatkan kembali adalah Damaskus (1147), Antiokia (1149), Mesir (1169). Keberhasilan kaum muslimin dalam merebut kembali beberapa kota islam yang telah diduduki oleh kaun salib adalah setelah munculnya pejuang islam yang bernama salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187, hal itu telah membangkitkan kembali semangat kaum salib untuk mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Ekspedisi dibawah pimpinan raja-raja Eropa seperti FrederickI, Richard I, Philip I kali ini dibagi dalam beberapa divisi. Sebagian menempuh jalan darat, sebagian lagi menempuh jalan laut. Federick yang memimpin divisi barat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di Sungai Armenia, dekat kota Arruha. Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang melanjutkan perjalanannya dibawah pimpinan putranya. Adapun kedua divisi lainnya menempuh jalur laut bertemu di Sicilia. Mereka berada di sana sampai musim dingin berlalu.
Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah. Richard menuju Cyprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanannya ke Syam (Syuriah) adapun Philip langsung ke Acre. Di sana pasukannya berhadapan dengan pasukan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Tidak berapa lama kemudian, datang pula Richard dengan pasukannya yang mengakibatkan pertempuran sengit terjadi. Akhirnya kota Acre ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin yang memilih mundur untuk mempertahankan kota Mesir.
Dalam keadaan demikian, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian. Inti perjanjian damai adalah : daerah pedalaman akan menjadi milik muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan jaffa berada di bawah kekuasaan tentara Salib. Tidak lama setelah perjanjian itu disepakati, Salahuddin meninggal dunia pada bulan Safar 589/ Februari 1193.
Periode Ketiga
Periode yang berlangsung 1193-1291 ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran kaum salib. Hal ini dikarenakan pada masa ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan serta yang bersifat material ketimbang motivasi agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan. Hal ini dapat terlihat ketika pasukan salib yang disiapkan untuk menyerang Mesir (1202-1204) ternyata membelokkan tujuan menuju konstantinopel. Kota ini direbut dan diduduki oleh Baldwin sebagai rajanya. Ia merupakan raja Roma Latin pertama yang berkuasa di Konstantinopel.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah pahlawan wanita yang tekenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut, dan ia telah mampu menunjukan kebesaran islam dengan membebaskan dan mengizinkan kembali raja Louis IX kembali ke negerinya, perancis.
Dalam bidang militer, dunia barat menemukan persenjataan dan taktik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negeri mereka, seperti menggunakan bahan-bahan peledak untukmelontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menggunakan kuda, tehnik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat untuk pasukan militer di medan perang.
Dalam bidanmg perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan tenun di dunia timur. Untuk itu mereka mengimpor bernagai jenis kain, seperti muslin, satin, dan dammar dari timur barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
System pertanian mereka temukan di timur islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Hal yang sangat penting lainnya adalah penemuan gula.
Hubungan perniagaan dengan timur menyebabkan mereka menggunakan alat tukar uang sebagai alat barang. Sebelumnya mereka masih menggunakan system barter. Ilmu ekonomi yang mereka kembangkan sejak abad ke 9 telah pula melahirkan observatorium dunia barat. Selain itu mereka meniru rumah sakit dan pemandu yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan kepribadian umat islam di timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Perang salib telah memberikan peradaban besar terhadap kemajuan Barat.
C. Invasi Bangsa Mongol
1. Latar belakang terjadinya invasi Mongol
Tahun 1258-1500 M, merupakan masa kemunduran peradaban Islam dengan mulainya serangan (invasi) bangsa Mongol ke seluruh wilayah kawasan Islam yang dimulai dari pegunungan Mongolia, Cina, Turki, Samarkand, Afganistan, Bukhara, Khawarizm, sampai dengan Baghdad. Bangsa Mongol merupakan keturunan yang berasal dari nenek moyang Alanja khan di pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Mansyuria Barat serta Turkistan Timur.Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tartar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku besar yaitu Mongol dan Tartar. Bangsa mongol mempunyai tradisi yang dikenal dengan istilah nomaden yaitu berpindah pindah dari satu tempat ketempat yang lain mencari tempat strategis untuk memperluas wilayah kekuasaan dengan cara menduduki dan menjarah tempat yang dituju.
Bangsa Mongol dikenal mempunyai undang-undang Alyasak dan kepercayaan yang dikenal dengan Samanisme artinya menyembah matahari ketika terbit dan meninggalkannya ketika terbenam. Dengan kepercayaan itulah mereka berusaha memperluas wilayah kawasan dengan menduduki wilayah-wilayah strategis secara paksa tanpa perhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Bangsa Mongol dikenal dipanggung sejarah dalam penguasaan terhadap wilayah-wilayah Islam semenjak dipimpin oleh Yasuki Bahadur khan dimana pelopor bangsa Mongol ini dapat berhasil menyatukan tiga belas kelompok suku yang tersisa, kemudian diteruskan dengan puteranya yang bernama Timujin dalam rentang waktu 13 tahun berhasil menyatukan bangsa Mongol dengan bangsa lain.
Pada tahun 1206 M, Timujin mendapat gelar raja perkasa (Jengis Khan), dimana dengan kegigihan dan keberanian serta ketangguhan kelompok yang dipimpinya berhasil mengadakan penyerangan ke Cina (Peking) tahun 1215 M, Turki, Fergana dan Samarkhand meluncur ke arah Khawarijm yang dipimpin Sultan Alaudin. Sultan Alaudin mendapat tekanan-tekanan yang dahsyat dari Mongol. Sepuluh tahun kemudian, mereka mengulang kembali perjalanannya mulai dari Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamazhan, Quzwin sampai dengan Irak. Pada tahun 1220 mereka kembali menyerang Sultan Alaudin sehingga Sultan Alaudin tewas dan diganti sultan Jalaludin. Pada akhirnya diapun melarikan diri ke India pada tahun 1224, karena gencarnya serangan yang tidak memperhatikan rambu-rambu kemanusiaan lagi dan dikenal dengan pertempuran attack.
Sebagaimana disebutkan dalam buku Islamic history and culture from (632-1968) Chingiz khan mulai menyempurnakan kondisi sosial dan moral dengan mencatat dalam undang-undangnya dan dalam kitab religius.
Chingiz Khan membagi wilayah kekuasaan kepada empat orang puteranya sebelum ia meninggal dunia 624/1227. Pertama ialah Juchi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat khawarizm. Chagatay putera kedua, mendapat wilayah yang membentang ke timur, sejak dari Transoxania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina, ia dikalahkan oleh Timur Lenk. Ketiga bernama Ogotai (Ogedey) adalah putra Jengis khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Dan Tuli putera yang ke empat yang mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Yang menonjol diantaranya mereka dalam merebut wilayah kawasan Islam yaitu Illi, Ferghana, Ray, Hamazhan dan Azzerbaijan, setelah Chagatay dikenal intern bangsa Mongol maupun diseluruh kawasan Islam sebagai pelopor pelanjut bangsa Mongol yaitu Tuli, dimana dalam waktu relatif singkat ia dapat menguasai kawasan wilayah Khurasan, kemudian kerajaan-kerajaan Islam yang terkenal saat itu terpecah belah karena ganasnya serangan yang dilancarkan oleh kelompok Tuli, sehingga Jalal al Din penguasa Khawarijm meninggal dan diganti oleh puteranya Hulagu Khan.
Pada 1258 bangsa Mongol dengan seluruh pengawal barisannya menyerang dan tiba di Baghdad untuk menyerang dan menduduki kota yang terkenal dengan peradaban Islam yang diperintah oleh khalifah Mu’tashim (1243-1258 M) ia sebagai penguasa terakhir Daulat Bani Abbasiyah yang tidak sanggup lagi mempertahankan kekuasaannya karena gencarnya serangan bangsa Mongol diseluruh kawasan Islam. Situasi kritis yang berkepanjangan dan tak terkendali itu menyentuh hati nurani seorang wazir terkenal Ibn al Qomi. Ia mengambil kesempatan dengan menipu khalifah bahwa Abu Bakar putera khalifah, diberitahukannya kepada raja Khulagu Khan bahwa keinginannya melamar puteri kerajaan dimaksudkan agar posisi dapat terus dipertahankan dan dapat menggantikan posisi khalifah yang inti dengan raja Hulagu Ali Khan yang menguasai wilayah tersebut.
Setelah menerima berita itu raja sangat senang dan langsung memberikan permata atau hadiah dan langsung memanggilnya agar datang ke istana kerajaan Hulagu Khan selama berada di Baghdad dalam waktu dua tahun sudah dapat menguasai kawasan wilayah Syiria, Mesir sampai melintasi sungai Eufhrat dan pinggiran pegunungan yang dikenal dengan Sinai, mesir. Pada tahun 1260 melaju kewilayah kawasan Nablus dan Ghaza. Keperkasaan dan strategi penguasaan mereka memberi peluang untuk dapat menguasai wilayah tersebut, dimana dengan berhasilnya panglima Mongol bernama Kitbunga menjadi delegasi untuk menguasai wilayah-wilayah yang dituju dengan memberikan informasi kepada sultan Qutuz untuk dipromosikan menjadi raja mamalik Mesir supaya penundukan wilayah dapat berhasil dalam waktu yang singkat, tetapi ternyata hal ini mengakibatkan perang dahsyat antara bangsa mongol dan unsur penguasa Mamalik pada tanggal 3 Desember 1260, dimana bangsa Mongol sendiri pulang berantakan. Hulagu Khan yang selanjutnya dikenal dengan Illi Khan dapat menguasai wilayah Asia kecil, India Timur, Tabriz, sehingga dengan keberanian dan ketangguhan barisan yang dipimpin Hulagu Khan dalam kebijakan mengangkat unsur penguasa beragama Islam, sehingga umat Islam saat itu dipimpin oleh penguasa yang berkepercayaan Samanism. Pada tahun 1265 M, Hulagu Khan meninggal dan diganti dengan putera mahkota yaitu:
1. Abaqa yang memerintah tahun 1265-1282 M, dikenal sebagai putera mahkota beragama Kristen merupakan pelaku kekuasaan yang lebih menekankan kebijakan intern kerajaan dalam mempertahankan kekuatan unsur pelaksana dengan melalui berbagai kebijakannya untuk tetap dapat mempertahankan kerajaan yang ia pimpin, meskipun tidak banyak hal yang dia perbuat dalam mengembangkan wilayah kawasan Islam sebagai mana Hulagu Khan.
2. Ahmad Tagude (1282-1284) dikenal sebagai penguasa yang beragam Islam sehingga seluruh kebijakannya sangat mengundang raja-raja lain dalam kebijakannya tersebut. Kontroversi kebijakan dalam menata yang mengatur kekuasaan banyak melibatkan sentuhan Islami, sehingga banyak yang tidak senang apalagi mereka yang di luar Islam, sehingga dalam kurun waktu yang relatif singkat 2 tahun sajalah ia bertahan sebagai penguasa
3. Arghun (1284-1291), karena ambisinya yang sangat kuat untuk menjadi seorang penguasa yang tangguh setelah penguasa-penguasa yang lain, namun demikan, karena kontroversi kebijakan yang diembannya, ia berhenti menjadi penguasa.
4. Mahmud Ghazan (1291-1304), Ia lebih menitikberatkan kepada kebijakan-kebijakan Islami, sehingga dalam perjalanan kekuasaannya berhasil mengadakan kontak hubungan dengan ilmuwan-ilmuwan terkenal, karena Mahmud Ghazan sendiri dikenal sebagai pelindung pengetahuan, teknologi, peradaban, sastra, arsitektur, astronomi, kimia, mineralgi, kemudian ilmu tumbuh-tumbuhan yang dikenal dengan botani. Untuk mengembangkan pemahaman melalui penterjemahan disiplin ilmu-ilmu tersebut dibangunnya perguruan bercorak keagamaan yang cenderung bermazhab Syafii dan Hanafi, disamping sarana pendidikan, juga dibangun perpustakaan dan observatorium sebagai cikal bakal penelitian cakrawala cuaca alam sekitar.
5. Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317). Seluruh aktifitas politik sosial ekonomi dan budaya lebih ditekankan kepada sentuhan Islami. Dengan kebijakan yang dikeluarkan berdasarkan pola pemikirannya memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan kawasan wilayah kekuasaan Islam. Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan Muhammad Khudabanda dikategorikan sebagai penguasa seirama, sebagaimana pengendali kekuasaan itu sendiri, jadi tidak ada kontroversi kebijakan yang dapat menghambat laju perkembangan kekuasaan. Namun demikian kebijakannya berakhir 1317 M, karena terjadi konflik intern dan munculnya serangan yang dilancarkan kubu Timuriyah yang dipimpin oleh Timur Lank sehingga kekuasaan jatuh pada putera mahkota berikutnya yaitu :
6. Abu Said(1317-1335), dalam kurun waktu yang lama (18 tahun) Abu Said lebih banyak melaksanakan konsep kebijakan Muhammad Khudabanda Uljeitu sehingga sebagaimana yang telah dilaksanakannya memberikan suatu keinginan pada rakyatnya untuk bertahab dalam kekuasaan, meskipun pada akhir kekuasaan muncul konflik intern antara lain perpecahan antara unsur pelaksana penguasa dalam perebutan kekuasaan, dan factor penyebab luar (eksternal) munculnya serangan-seranga Timur Lank untuk memproklamirkan kekuasaan Dinasti Timuriyah yang dikategorikan sebagai suku besar Barlas yang pada akhir kekuasaannya mewariskan kubu penguasa Karakonyunlu (domba hitam) bertentangan dengan kubu Ak Koyunlu (domba putih) sebagai penguasa Uzun Hasan selanjutnya,. Ketidakberhasilan mengantisipasi gejolak politik, sosial, budaya, ekonomi, intern kerajaan maka kekuasaan meluncur dalam ketidak berdayaan dengan munculnya bencana kelaparan, angin topan, hujan es yang dapat memporak porandakan tatanan kehidupan didarat maupun lautan.
Pada awal mula abad ke 13 disebelah barat Asia dan di Afrika terdapat beberapa negara Islam bermusuhan. Setiap pengusaha merasa tertarik untuk menjalankan ekspansi wilayah kekuasaan sambil,memporakporandakan pengusaha-pengusaha lainnya, dan tak seorangpun dari para pengusaha menyadari dari bahaya penyerangan dari pasukan perang bangsa Mongol yang dengan cara menyerang khawarizm (khurajmia) dan kelak memperluas kemenangan mereka ke Cina, Turkistan, sebagian India, Persia, Asia minor dan Eropa Timur.
Kemenangan-kemenangan bangsa Mongol yang dimulai pada awal abad 13 merupakan kemenangan terbesar dan mempunyai jangkauan terjauh dalam pengaruhnya disejarah dunia. Pembunuhan terhadap beberapa pedagang bangsa Mongol di negeri Islam, Khawarizm menyebabkan dilancarkannya serangan serangan oleh bangsa Mongol yang mengepung Transoxiana dan memperluas kemenangan mereka kearah barat, menghancurkan seluruh daerah-daerah dan kota-kota yang mereka lewati. Seperti salju turun, sejumlah tentara Mongol menyapu bersih pusat-pusat kebudayaan dan peradababan umat Islam
2. Dampak Invasi Mongol
Sesuai dengan garis ketentan tuhan yang harus diyakini Mongol telah berjuang untuk menaklukan beberapa wilayah yang ternama dan merampas Asia Timur , tengah dan beberapa wilayah gurun eropa timur dibawah pemerintahan mereka, hanya dalam beebrapa dekade bangsa mongol telah menguasai seluruh Eurasia dan eropa tengah sampai ke wilayah Fasifik. Imperium yang sangat luas ini dibagi-bagi ke empat putra Jengis Khan, pembagian wilayah kepada empat putra tersebut dimaksudakan untuk memperkuat sistem administrasi, sebaliknya pembagian tersebut justru mendorong terjadinya pertempuran untuk memperbutkan kekuasan di wilayah keturunan Jengis Khan sebagai sifat dari ambiguitas bangsa Mongol.
Dampak negatif yang ditimbulkan yaitu kehancuran yang tampak jelas dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan-bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk umat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam yang tak berdosa. Yang lebih fatal lagi hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako Khan. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan.dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam, yaitu seperti yang dilakukan oleh Ghazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walau ia pada awalnya beragama Budha.
BABIII KESIMPULAN
kemunduran Bani Umayyah oleh karena : persoalan suksesi kekhalifahan, sikap glamor penguasa, perlawanan kaum Khawarij, perlawanan dari kelompok Syi’ah, meruncingnya pertentangan etnis, timbulnya stratifikasi sosial, dan munculnya kekuatan baru. Hal tersebut membuat kemunduran pula pada peradaban Islam, seperti:
1. Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para ahli dalam menggali budaya Islam.
2. Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam Bani Abbasiyah .
3. Hancurnya kerajaan Islam oleh perang salib dan serangan bangsa Mongol.
4. Hancurnya kehidupan dan ekonomi masyarakat karena perang berkepanjangan.
Latar belakang terjadinya Invasi Mongol, awalnya karena terjadi peristiwa Utrar tahun 1218 dengan terbunuhnya utusan Chinggis oleh Gubernur Khawarizm yang disertai pula oleh saudagar muslim. Peristiwa itu menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarizm (1219-1220), padahal sebelumnya mereka itu justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K. 2005. The History of Arab.Jakarta:Serambi
http://oksinikygitgen.blogspot.com/2009/06/perang-salib-artikel.html
Lapidus,Ira M. 1997. Sejarah Sosial Umat Islam.Jakarta:Rajawali Pers
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia
Yatim,Badri.2000.Sejarah peradaban islam.jakarta: Grafindo Persada
Kemenangan-kemenangan bangsa Mongol yang dimulai pada awal abad 13 merupakan kemenangan terbesar dan mempunyai jangkauan terjauh dalam pengaruhnya disejarah dunia. Pembunuhan terhadap beberapa pedagang bangsa Mongol di negeri Islam, Khawarizm menyebabkan dilancarkannya serangan serangan oleh bangsa Mongol yang mengepung Transoxiana dan memperluas kemenangan mereka kearah barat, menghancurkan seluruh daerah-daerah dan kota-kota yang mereka lewati. Seperti salju turun, sejumlah tentara Mongol menyapu bersih pusat-pusat kebudayaan dan peradababan umat Islam
2. Dampak Invasi Mongol
Sesuai dengan garis ketentan tuhan yang harus diyakini Mongol telah berjuang untuk menaklukan beberapa wilayah yang ternama dan merampas Asia Timur , tengah dan beberapa wilayah gurun eropa timur dibawah pemerintahan mereka, hanya dalam beebrapa dekade bangsa mongol telah menguasai seluruh Eurasia dan eropa tengah sampai ke wilayah Fasifik. Imperium yang sangat luas ini dibagi-bagi ke empat putra Jengis Khan, pembagian wilayah kepada empat putra tersebut dimaksudakan untuk memperkuat sistem administrasi, sebaliknya pembagian tersebut justru mendorong terjadinya pertempuran untuk memperbutkan kekuasan di wilayah keturunan Jengis Khan sebagai sifat dari ambiguitas bangsa Mongol.
Dampak negatif yang ditimbulkan yaitu kehancuran yang tampak jelas dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan-bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk umat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam yang tak berdosa. Yang lebih fatal lagi hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako Khan. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan.dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam, yaitu seperti yang dilakukan oleh Ghazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walau ia pada awalnya beragama Budha.
BABIII KESIMPULAN
kemunduran Bani Umayyah oleh karena : persoalan suksesi kekhalifahan, sikap glamor penguasa, perlawanan kaum Khawarij, perlawanan dari kelompok Syi’ah, meruncingnya pertentangan etnis, timbulnya stratifikasi sosial, dan munculnya kekuatan baru. Hal tersebut membuat kemunduran pula pada peradaban Islam, seperti:
1. Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para ahli dalam menggali budaya Islam.
2. Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam Bani Abbasiyah .
3. Hancurnya kerajaan Islam oleh perang salib dan serangan bangsa Mongol.
4. Hancurnya kehidupan dan ekonomi masyarakat karena perang berkepanjangan.
Latar belakang terjadinya Invasi Mongol, awalnya karena terjadi peristiwa Utrar tahun 1218 dengan terbunuhnya utusan Chinggis oleh Gubernur Khawarizm yang disertai pula oleh saudagar muslim. Peristiwa itu menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarizm (1219-1220), padahal sebelumnya mereka itu justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K. 2005. The History of Arab.Jakarta:Serambi
http://oksinikygitgen.blogspot.com/2009/06/perang-salib-artikel.html
Lapidus,Ira M. 1997. Sejarah Sosial Umat Islam.Jakarta:Rajawali Pers
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia
Yatim,Badri.2000.Sejarah peradaban islam.jakarta: Grafindo Persada
No comments:
Post a Comment