RANGKUMAN MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Kurdi Fadal, M.H.I, M.S.I

Disusun Oleh :
Kelas B
Khasan Fauzi (2021 111 067)
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
URGENSI ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
A.
Pengertian
Ulumul Qur’an
Ulumul
Qur’an berasal dari kata ulum (ilmu-ilmu) dan al-Qur’an (kitab
suci umat Islam). Jadi, Ulumul Qur’an adalah segala pengetahuan/ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan al-Qur’an. Tetapi yang termasuk dalam kategori Ulumul Qur’an
hanya ilmu-ilmu syar’iyyah (agama) dan Arabiyah (bahasa Arab) saja.
B.
Ruang
Lingkup Ulumul Qur’an
Terdapat
17 cabang Ulumul Qur’an yang terpenting, yaitu :
1.
Ilmu
Mawatin al-Nuzul (ilmu tentang tempat-tempat turunnya ayat).
2.
Ilmu
Tawarikh al-Nuzul (ilmu tentang masa dan tertib turunya ayat).
3.
Ilmu
Asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab/latar belakang turunnya ayat).
4.
Ilmu
Qira’ah (ilmu tentang macam-macam bacaan al-Qur’an).
5.
Ilmu
Tajwid (ilmu tentang membaca al-Qur’an).
6.
Ilmu
Garib al-Qur’an (ilmu tentang makna lafal yang ganjil/tidak lazim).
7.
Ilmu
I’rab al-Qur’an (ilmu tentang lafal dan harakat dalam ayat).
8.
Ilmu
Wujud wa al-Naza’ir (ilmu tentang lafal al-Qur’an yang ambigu).
9.
Ilmu
Ma’rifah al Muhkam wa al-Mutasyabih (ilmu tentang ayat-ayat muhkam
dan mutasyabih).
10.
Ilmu
Nasikh wa Mansukh (ilmu tentang nasikh mansukhnya al-Qur’an).
11.
Ilmu
Badai al-Qur’an (ilmu tentang keindahan, kesusastraan, dan ketinggian balaghah
ayat-ayat al-Qur’an).
12.
Ilmu
I’jaz al-Qur’an (ilmu tentang kemu’jizatan al-Qur’an).
13.
Ilmu
tanasub ayat al-Qur’an (ilmu tentang kesesuaian antar ayat al-Quran).
14.
Ilmu
Amsal al-Qur’an (ilmu tentang perumpamaan dalam al-Qur’an).
15.
Ilmu
Aqsam al-Qur’an (ilmu tentang arti dan tujuan sumpah Allah dalam al-Qur’an).
16.
Ilmu
Jidal al-Quran (ilmu tentang bentuk perdebatan dalam al-Qur’an).
C.Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an
Cabang-cabang Ulumul Qur’an mulai tumbuh secara terpisah pada abad
ke-3 H, mulai dari munculnya ilmu tafsir, asbab al-nuzul, nasikh wal mansukh,
manazila bi makkata mawa nuzila bil madinati. Kemudian muncul ilmu ghorobil
Qur’an pada abad ke-4 H, amtsalil Qur’an pada abad ke-5 H, serta ilmu badi’ul
Qur’an, Jadalil Qur’an dan Aqsamil Qur’an pada abad ke-6 H.
Dalam perkembangannya, Ulumul Qur’an dirintis dari masa ke masa,
yaitu :
1.
Dari
kalangan Sahabat Nabi SAW : Para Khulafaur Rasidin, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-Asy’ari, dan
Abdullah bin Zubair.
2.
Dari
kalangan Tabi’in : Mujahid, Atha’ bin Yassar, Ikrimah, Qatadah, Hasan al-Basri,
Said bin Jubair, dan Zaid bin Aslam di Madinah.
3.
Dari
Tabi’i al Tabi’in : Malik bin Anas yang memperoleh ilmunya dari Zaid bin Aslam.
Secara utuh Ulumul Qur’an mulai muncul pada abad ke-5 H, ditandai
dengan mulai dihimpunnya bagian-bagian ulumul Qur’an, yang pertama kali
dilakukan oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w.430 H) dalam karyanya al-Burhan
fi Ulumil Qur’an. Dari abad ke-6 – 14 H tidak lahir lagi ilmu-ilmu baru
dalam ulumul Qur’an, tetapi ilmu-ilmu yang sudah ada menjadi lebih berkembang
dan meluas.
D.
Urgensi
Ulumul Qur’an
Pentingnya Ulumul Qur’an mencakup beberapa hal, yaitu :
Ø
Dengan
Ulumul Qur’an, Seseorang akan mencapai pemahaman yang baik mengenai al-Qur’an.
Ø
Ulumul
Qur’an menjadi senjata yang ampuh dalam membela kesucian al-Qur’an.
Ø
Ulumul
Qur’an mempermudah penafsiran suatu ayat dalam al-Qur’an.
Ø
Dengan
Ulumul Qur’an, dapat diketahui semua yang berkaitan dengan al-Qur’an, sehingga
dapat terhindar dari taklid membabi buta.
Komentar :
Menurut saya, Ulumul Qur’an bukan hanya sebatas ilmu-ilmu tentang al-Qur’an
yang dapat memberikan pemahaman yang baik mengenai al-Qur’an, tetapi juga dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ajaran agama Islam. Sehingga
dapat menambah kemantapan hati dan keteguhan Iman dalam menjalankan
ajaran-ajaran Islam.
BAB II
NUZULUL QUR’AN
A.
Pengertian
Wahyu
Secara etimologi, wahyu berarti isyarat yang cepat, ilham, risalah,
dan pesan. Dalam istilah lain, wahyu berarti pemberitahuan Allah SWT kepada
seorang hamba pilihan-Nya melalui cara yang samar.
B.
Pengertian
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya dinilai ibadah, dan bernilai i’jaz walaupun satu surat di dalamnya.
Alqur’an mempunyai banyak nama, diantaranya yaitu: Kitab, al-Furqon, Tanzil,
Zikir, dll.
C.
Proses Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW. Proses turunnya al-Quran tersebut meliputi: (1) Melalui mimpi,
(2) Melalui Malaikat Jibril, baik dalam wujud aslinya maupun dalam wujud
manusia, (3) Berupa suara, seperti bunyi lonceng, (4) Dari balik tabir, seperti
terjadi pada malam mi’raj.
D.
Tahap-tahap
Turunnya Al-Qur’an
Ada dua tahapan turunnya al-Qur’an, yakni:
1. Dari Lauh Mahfudh ke langit bumi, al-Qur’an diturunkan
pada malam bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
2. Dari langit bumi ke Rasulullah SAW, al-Qur’an turun
berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 tahun (13 tahun di Mekah dan 10 tahun di
Madinah).
E.
Periodisasi
Turunnya Al-Qur’an
1.
Periode
Pertama (selama 4-5 tahun)
Dimulai dari turunnya wahyu pertama (surat Al-Alaq), dan ditandai
dengan kandungan wahyu Ilahi yang mencakup tiga hal: (1)Pendidikan bagi
Rasulullah SAW, (2)pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah, (3)Keterangan
tentang dasar-dasar akhlak islamiah dan bantahan-bantahan umum mengenai masyarakat
jahiliah waktu itu.
2.
Periode
Kedua (selama 8-9 tahun)
Terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah, hingga
akhirnya ayat-ayat al-Qur’an mampu memblokade paham jahiliah dari segala segi.
3.
Periode
Ketiga (selama 10 tahun)
Ditandai adanya dakwah al-Qur’an yang telah dapat mewujudkan keleluasaan
penganut-penganutnya dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam di Yatsrib.
Komentar : Nuzulul Qur’an
atau turunnya al-Qur’an memberikan hikmah yang luar biasa bagi perkembangan
agama Islam, diantaranya dengan turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur
memudahkan bagi Nabi SAW maupun para sahabat dalam menerima atau menghafal
al-Qur’an, serta urutan turunnya ayat runtut, mulai dari ajaran yang bersifat
dasar sampai ajaran yang bersifat kompleks dalam agama Islam, sehingga ajaranya
bisa diserap dengan baik.
BAB III
MAKIYAH DAN MADANIYAH
A.
Pengertian
Makiyah dan Madaniyah
Makiyah
adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah,
Sedangkan Madaniyah adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah.
B.
Ciri-ciri
Makiyah dan Madaniyah
1.
Ciri-ciri
Makiyah
Ø Ayat serta suratnya pendek dan berirama.
Ø ditandai dengan khitbah terhadap penduduk Mekkah, seperti “ يَا أَيُّهَا النَّاسُ”,
“يَا بَنِي آدَمَ”, dan sebagainya.
Ø Terdapat ayat sajdah dan lafadz “kalla” yang disebutkan 33 kali
dalam 15 surat akhir setengah al-Qur’an.
2.
Ciri-ciri
Madaniyah
Ø Ayat serta suratnya panjang dan kurang berirama.
Ø Terkandung ajakan untuk berjihad mencari syahid di jalan Allah.
Ø Menerangkan tentang hukum-hukum Islam dan hukum-hukum kriminal.
Ø Menjelaskan tentang keburukan kaum munafik
Ø Berisi jaminan pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dari
serangan musuh.
C.
Teori-teori
penentuan Makiyah dan Madaniyah
1.
Teori
Mulahazhatu Makani al-Nuzuli (teori geografis/tempat turunnya wahyu).
2.
Teori
Mulahazhah al-Mukhathabina fi al-Nuzuli (teori subjektif/subjek yang dikhitab).
3.
Teori
mulahazhatu Zamani al-Nuzuli (teori historis/waktu turunnya ayat).
4.
Teori
Mulahazhatu Ma Tadhammanat as-Surratu (teori berdasarkan cerita).
D.
Manfa’at
Mempelajari Makiyah dan Madaniyah
1.
Mengetahui
perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah.
2.
Mengetahui
berbagai bentuk bahasa dalam al-Qur’an.
3.
Mengetahui
sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam.
4.
Mengetahui
urutan turunnnya ayat.
5.
Membantu
menafsirkan al-Qur’an.
E.
Penentuan
surat Makiyah dan Madaniyah
1.
Berdasarkan
laporan para sahabat Nabi SAW yang menyaksikan langsung bagaimana dan dimana
wahyu turun.
2.
Melalui
ijtihad para ulama berdasarkan ciri-ciri surat atau ayat.
Komentar : Adanya surat Makiyah dan Madaniyah dapat memberikan pengetahuan
tentang sejarah atau kronologi perkembangan Islam mulai dari dakwah Nabi SAW di
Mekkah sampai dakwah Nabi SAW di Madinah.
BAB
IV
KODIFIKASI
AL-QUR’AN
A.
Kodifikasi
Al-Qur’an pada Masa Rasulullah SAW
Pengumpulan
ayat-ayat al-Qur’an pada masa Nabi SAW terbagi menjadi dua kategori, yakni (1)Pengumpulan
dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati, dan mengamalkan. (2)Pengumpulan
dalam dokumen, dengan cara menulisnya pada kitab, atau diwujudkan dalam bentuk
ukiran.
Ø Proses pemeliharaan al-Qur’an:
1.
Al-Qur’an
di lauh mahfuz (di sisi Allah), al-Qur’an terjaga dengan sempurna.
2.
Al-Qur’an
dalam proses diturunkan ke bumi dijaga malaikat dari setan.
3.
Al-Qur’an
di sisi Rasulullah SAW, beliau melaksanakan amanah risalah dengan sempurna,
menyambut baik turunnya wahyu al-Qur’an, lalu dijaga dan dihafalkan secara
cermat dan menyampaikannya pada para sahabat dengan baik.
Ø Penulis (Kuttab) resmi al-Qur’an:
1.
Zayd
bin Tsabit (sebagai sekretaris Nabi SAW sepanjang hidupnya).
2.
Abdullah
bin Said (sekretaris Nabi SAW pertama saat di Mekkah).
3.
Usman
bin Affan.
4.
Ali
bin Abi Thalib (penulis naskah-naskah perjanjian Nabi SAW dengan non muslim).
5.
Ubay bin Ka’b (sekretaris Nabi SAW pertama ketika
di Madinah)
6.
Mu’awiyah
bin Abi Sufyan (sekretaris Nabi SAW setelah diajukan langsung oleh ayahnya).
Ø Penulis al-Qur’an yang tidak resmi: Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin
Khatab, Zubair bin Awwam, Kholid bin Said, Tsabit bin Qays, Mughirah bin
Syu’bah, Mu’az bin Jabal, dan lain sebagainya.
Ø Alat/benda yang digunakan untuk menulis al-Qur’an: potongan kulit,
pelepah kurma, bebatuan, tulang, dan lain-lain.
Ø Al-Qur’an tidak dikodifikasiakn dalam satu mushaf, karena:
1.
Ayat-ayatnya
masih berlangsung turun secara acak antara ayat satu dengan ayat yang lain dari
surat yang berbeda.
2.
Tertib
ayat tidak seperti tertib turunnya.
3.
Wahyu
turun dalam waktu yang singkat. (tidak lebih dari 23 tahun).
4.
Tidak
ada motivasi yang mendesak untuk menyatukan al-Qur’an dalam satu mushaf.
B.
Kodifikasi
Al-Qur’an Pasca Nabi SAW
1.
Masa
Khalifah Abu Bakar dan Umar
Terjadinya
perang Yamamah yang menewaskan lebih dari 70 orang huffaz membuat Umar
meminta Abu Bakar sebagai khalifah untuk mengadakan pengumpulan al-Qur’an dalam
satu mushaf. Sehingga, walaupun awalnya masih ragu, akhirnya Abu Bakar segera
mengutus Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan hal itu. Kurang lebih selama 15
bulan, akhirnya al-Qur’an terkumpul dalam shuhuf-shuhuf. Setelah Abu Bakar
wafat shuhuf-shuhuf tersebut dipegang oleh Umar dan setelah Umar wafat,
shuhuf-shuhuf itu disimpan oleh Hafshah anak Umar yang juga merupakan Istri
Rasulullah SAW yang pandai menulis dan pandai membaca.
2.
Masa
Khalifah Usman
Terjadi
pertikaian mengenai berbagai bentuk mushaf yang beredar, sehingga Usman
memperbanyak salinan mushaf dari Abu Bakar dan menginstruksikan untuk
menyebarluaskan Mushaf tersebut ke berbagai wilayah, serta memusnahkan semua
mushaf lain yang beredar.
3.
Mushaf
Sahabat lain:
· Ubay bin Ka’ab yang mushafnya berpengaruh di bagian besar daerah
Siria.
· Abdullah ibn Mas’ud yang mushafnya mendominasi daerah Kufa.
· Abu Musa al-As’ari yang mushafnya memperoleh pengakuan masyarakat
Basrah.
· Miqd ibn Aswad yang mushafnya diikuti penduduk kota Hims.
· Ibn Abbas yang jumlah keseluruhan surat dalam mushafnya sebanyak
116 surat.
Komentar : Menurut saya, ajaran agama Islam yang sekarang telah menyebar dan berkembang
diseluruh penjuru dunia, semuanya tidak lepas dari adanya kodifikasi al-Qur’an.
Karena dengan adanya kodifikasi al-Qur’an, Isi ajaran agama Islam yang termuat
di dalam al-Qur’an, semuanya bisa tersampaikan tidak hanya kepada bangsa Arab
saja, tetapi meluas ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
BAB
V
ASBABUN
NUZUL
A.
Pengertian
Asbabun Nuzul
Secara bahasa,
Asbabun Nuzul berasal dari kata Asbab (sebab-sebab) dan An-Nuzul (turun), jadi,
Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi turunya al-Qur’an.
Dalam arti lain, Asbabun Nuzul berarti ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum,
diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk menjadi keterangan bagi suatu perkara
yang telah terjadi.
B.
Macam-macam
Asbabun Nuzul
1.
Sebagai
tanggapan atas suatu peristiwa umum.
2.
Sebagai
tanggapan atas suatu peristiwa khusus.
3.
Sebagai
jawaban atas petanyaan kepada Nabi SAW.
4.
Sebagai
jawaban dari pertanyaan Nabi.
5.
Sebagai
tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum.
6.
Sebagai
tanggapan terhadap orang-orang tertentu.
C.
Makna
Ungkapan-ungkapan Redaksi Asbabun Nuzul
1.
Kata
سبب (sebab), contoh: نزول هذه الاية كذا سبب
(sebab turunnya ayat ini
demikian). Termasuk ungkapan yang sharih (jelas dan tegas).
2.
Kata
ف (maka), contoh: كذاوكذافنزلت الايةحدثت
(telah terjadi peristiwa ini dan itu, maka turunlah ayat). Termasuk
ungkapan yang sharih.
3.
Kata
فى (tentang),contoh: هذه الاية فى كذا وكذانزلت
(ayat ini turun tentang ini dan itu). Termasuk ungkapan yang ghairi
sharih (tidak jelas dan tegas).
D.
Manfaat
dan Urgensi Asbabun Nuzul
1.
Mengetahui
rahasia dan tujuan Allah SWT mensyari’atkan agamanya melalui ayat-ayat
al-Qur’an.
2.
Memudahkan
pemahaman al-Qur’an secara benar.
3.
Memperkuat
hafalan al-Qur’an.
4.
Membantu
dalam memahami dan mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat
al-Qur’an.
5.
Mengatasi
keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
6.
Mengidentifikasi
pelaku yang menyebabkan al-Qur’an turun.
7.
Memantapkan
wahyu-wahyu ke dalam hati yang mendengarkan.
8.
Mentakhsiskan
hukum, meskipun dengan shigot yang khusus.
Komentar : Menurut saya,
Asbabun Nuzul sangat berperan dalam menambah pemahaman mengenai isi kandungan
al-Qur’an. Karena dengan Asbabun Nuzul, kita menjadi paham bagaimana latar
belakang turunnya al-Qur’an, serta dengan Asbabun Nuzul juga dapat memperkuat
maksud/tujuan dan keterangan ayat yang
diturunkan.
BAB VI
NASIKH MANSUKH
A.
Pengertian
Ilmu Nasikh Mansukh
Nasikh berasal dari kata Nasakho, Tansakhu, dan Nasukhon yang
berarti hilangkan dan hapuskan. Dalam arti lain, ilmu Nasikh Mansukh adalah
ilmu yang membahas tentang penghapusan atau penghilangan dan pengangkatan hukum
syara’ yang sesuai dengan perintah atau khitbah Allah yang datang kemudian.
B.
Macam-macam
Nasikh Mansukh
1.
Nasikh
al-Qur’an dengan al-Qur’an
2.
Nasikh
al-Qur’an dengan sunah Rasulullah SAW
Ø Al-Qur’an dinasakhkan dengan hadits ahad.
Ø Al-Qur’an dinasakhkan dengan sunah mutawatir.
3.
Nasikh
sunah Rasulullah SAW dengan al-Qur’an
4.
Nasikh
sunah Rasulullah SAW dengan Nasikh sunah Rasulullah SAW
Ø Mutawatir dinasakhkan dengan mutawatir.
Ø Ahad dinasakhkan dengan ahad.
Ø Ahad dinasakhkan dengan mutawatir.
Ø Mutawatir dinasakhkan dengan ahad.
C.
Macam-macam
Nasikh dalam Al-Qur’an
1.
Nasikh
tilawah (bacaan) dan hukumnya (misal: ayat tentang hukum sepersusuan).
2.
Dinasikhkan
hukumnya, tapi tilawahnya tetap (misal: ayat tentang hukum iddah).
3.
Dinasikhkan
tilawahnya, tapi hukumnya tetap berlaku (misal: ayat tentang rajam).
D.
Pendapat
Ulama Tentang Nasikh dalam Al-Qur’an
1.
Golongan
Rawafidhah
Memperbolehkan
adanya nasikh, tetapi meraka sangat bebas, bahkan bertindak keterlaluan dalam
menetapkan nasikh dan memperluas pengertiannya.
2.
Abu
Muslim Khurasani
Memperbolehkan
nasikh menurut akal, tapi melarang menurut Syara’.
3.
Jumhur
Ulama Fiqh
Memperbolehkan
nasikh, baik menurut akal maupun Syara’.
E.
Manfa’at
Nasikh Mansukh
1.
Untuk
menguji mukallaf dalam mematuhi agama Allah.
2.
Memelihara
kemaslahatan umat.
3.
Memudahkan
hukum dan mengganti dengan yang lebih baik bagi umat.
4.
Mengembangkan
tasyri’ kepada tingkat yang lebih sempurna sesuai perkembangan dakwah dan umat.
Komentar : Nasikh Mansukh
memberikan dampak tersendiri bagi seorang muslim. Seseorang yang Imannya lemah,
bisa saja menganggap bahwa Allah tidak konsisten. Sebaliknya, orang yang kuat
Imannya akan dapat mengambil hikmah dari adanya Nasikh Mansukh ini, sehingga
dapat memperkuat taraf keimananya.
BAB VII
MUNASABAH
A.
Pengertian
Munasabah
Munasabah secara bahasa berarti jiwa. Secara terminologis berarti
segi-segi hubungan antar kalimat dalam ayat, antara ayat satu dengan ayat lain,
serta antara satu surat dengan surat yang lain. Jadi ilmu munasabah adalah ilmu
untuk mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat, serta untuk mengetahui
urutan bacaan ayat.
B.
Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Munasabah
Munasabah dicetuskan pertama kali oleh Abu Bakar Al-naisaburi
(w.324 H) di Baghdad. Dalam perkembangannya munasabah meningkat menjadi salah
satu cabang dari ulumul qur’an. Kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Ahmad ibn
Ibrahim dan Burhan Abidin yang membahas munasabah secara spesifik. Ulama
berikutnya menyusun pembahasan munasabah secara khusus seperti kitab al-Burhan
fi Munasah tartib al-Qur’an karya Ahmad ibn Ibrahim al-Andalusi (w. 807 H),
dan yang lainnya.
C.
Bentuk-bentuk
Munasabah
1.
Hubungan
antar ayat
a.
Diathafkannya
ayat yang satu kepada ayat yang lain (seperti antara ayat 102 dan ayat 103
surat Ali Imran).
b.
Tidak
diathafkannya ayat yang satu kepada ayat yang lain (seperti antara ayat 10 dan
ayat 11 surat Ali Imran).
c.
Digabungkannya
dua hal yang sama (seperti ayat 4 dan ayat 5 surat al-Anfal).
d.
Dikumpulkannya
dua hal yang kontradiksi (seperti ayat 94 dan 95 surat al-A’raf).
e.
Dipindahkannya
satu pembicaraan (seperti ayat 54 dan ayat 55 surat Shaad).
2.
Hubungan
antar surat
a.
Hubungan
antara satu surat dengan surat sebelumnya (seperti hubungan antara surat
al-Fatihah, al-Baqarah, an-Nisa, dan al-Ma’idah)
b.
Hubungan
awal dengan akhir surat yang sama (seperti pada surat al-Qashas)
c.
Hubungan
nama surat dengan isinya (seperti surat al-Baqarah yang bercerita tentang sapi
betina.
d.
Hubungan
antara penutup surat dengan awal surat setelahnya (seperti antara surat
al-Waqi’ah dan al-Hadid).
D.
Kedudukan
Munasabah dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Munasabah ayat
sangat membantu dalam menerangkan makna yang terkandung dalam ayat, bahkan
fungsinya mirip dengan Asbabun Nuzul. Akan tetapi munasabah berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh melalui ijtihad, sedangkan Asbabun Nuzul terkait
dengan pengetahuan yang diperoleh dari riwayah.
E.
Manfaat
Mempelajari Munasabah
1.
Mengetahui
hubungan antar bagian-bagian al-Qur’an.
2.
Mengetahui
mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa al-Qur’an yang menunjukkan bahwa al-Qur’an
benar-benar wahyu dari Allah.
3.
Membantu
menafsirkan al-Qur’an.
4.
Menepis
anggapan orang bahwa tema-tema al-Qur’an kehilangan relevansi antar bagiannya.
Komentar
: Menurut saya, Munasabah merupakan bagian dari ulumul Qur’an yang
ikut berperan dalam memberikan pemahaman terhadap isi al-Qur’an. Munasabah juga
dapat menunjukkan keagungan Allah dalam mengatur susunan al-Qur’an, sekaligus
juga dapat menepis anggapan bahwa al-Qur’an adalah ciptaan Nabi Muhammad SAW.
Karena kualitas dan tingkat kebahasaan al-Qur’an tidak mungkin bisa disamai
ataupun diungguli oleh siapapun.
BAB VIII
ILMU FAWATIHUS SUWAR
A.
Pengertian
Fawatihus Suwar
Fawatihus Suwar
adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan dalam ayat-ayat al-Qur’an.
B.
Macam-macam
Pembuka Surat
1.
Pujian
:
a.
Al-Tahmid:
al-Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir.
b.
Al-Tabaruk:
al-Furqan, al-Mulk.
c.
Al-Tasbih:
al-Isra’, al-Hadid, al-Hasyr, al-Shaff, al-Jumu’ah, al-Taghabun, al-A’la.
2.
Potongan
huruf hijaiyah :
a.
Diawali
dengan satu huruf (muwahhadah): shad, Qaf, Nun.
b.
Diawali
dengan dua huruf (mutsanna): al-Mu’min, Fushshilat, al-Dhukhan,
al-Jatsiyah, al-Ahqaf, Thaha, al-Naml, Yasin, Asy-Syuraa, az-Zukhruf.
c.
Diawali
dengan tiga huruf (mutsalatsaah): al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut,
al-Rum, Luqman, al-Sajadah, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hajr, as-Syu’raa,
al-Qashash.
d.
Diawali
dengan empat huruf (muraba’ah) : al-Ra’d, al-A’raf.
e.
Diawali
dengan lima huruf : Maryam.
3.
Fawatihus
Suwar yang merupakan ayat-ayat mutasyabihat :
a.
Al-Nida’(seruan) :
Ø Panggilan kepada Nabi : al-Ahzab, al-Muzzamil, al-Muddatsir.
Ø Panggilan kepada orang-orang mukmin: al-Maidah, al-Hujurat,
al-Mumtahanah.
Ø Panggilan kepada manusia: an-Nisa, al-Hajj.
4.
Jumlah
khabariah (kalimat berita) :
Ø Jumlah Ismiyah (Kalimat Nominal): at-Taubah, an-Nur, al-Zumar,
Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah, al-Kautsar.
Ø Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal): al-Anfal, an-Nahl, al-Anbiya’,
al-Mu’minun, al-Qamar, al-Mujadilah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, ‘Abasa, al-Balad,
al-Takatsur.
5.
Al-Qasam
(sumpah) :
Ø Ulya : al-Shaffat, al-Najm, al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj,
al-Thariq, al-Fajr, al-Syams.
Ø Sufla: al-Dzariyat, al-Thur, al-Tin, al-Adiyat.
Ø Waqt: al-Lail, ad-Dhuha, al-Ashr.
6.
al-Syarth
(kalimat syarat) :
Ø Syarath dengan jumlah Ismiyah: al-Takwir,al-Infitar, al-Insyiqaa.
Ø Syarath dengan jumlah Fi’liyah: al-Waqi’ah, al-Munafiqun,
al-Zalzalah, al-Nashr.
7.
Al-Amr
(fi’il Amr):
Ø Amr dengan Iqra’: al-Alaq.
Ø Amr dengan Qul : al-Jinn, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas.
8.
Al-Istifham
(kalimat tanya):
Ø Al-Istifham al-Ijabiy (kalimat tanya positif): al-Insan, an-Naba’,
al-Ghasyiyah.
Ø Al-Istifham al-Salabiy (kalimat tanya negasi): al-Insyirah,
al-Ma’un.
9.
Ad-Du’a
(do’a):
Ø Du’a dengan jumlah Ismiyah: al-Muthafifin, al-Lumazah.
Ø Du’a dengan jumlah Fi’liyah: al-Lahab.
10.
Lam
at-Ta’lil (lam yang berarti karena): Qureisy.
C.
Pendapat
Beberapa Ulama Tentang Fawatih as-Suwar
1.
Ibnu
Arabi (w.638 H), mengatakan bahwa Allah menjadikan huruf-huruf ini (fawatihus
suwar) dalam beberapa martabat, yakni: maushul, maqthu’, mufrad, mutsanna, dan
ada yang jama’.
2.
Ibnu
Abbas, tentang kaf ha ya ‘ain shad. Kaf (karim), ha (hadin), ya
(hakim), ‘ain (‘alim), shad (shadiq).
3.
Adh-Dhahhak,
bahwa makna alif lam ra adalah Ana Allahu a’lamu wa arfa’u (Aku
adalah Allah, Aku mengetahui dan Aku mengangkat).
4.
Ulama
Shalaf, bahwa Fawatihus Suwar telah tersusun semenjak zaman azali sedemikian
rupa guna melengkapi segala yang melemahkan manusia untuk mendatangkan yang
seperti al-Qur’an.
D.
Hikmah
Ayat Mutasyabih Sebagai Fawatihus Suwar
1.
Memperlihatkan
kelemahan akal manusia.
2.
Teguran
bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat Mutasyabih
3.
Mempermudah
dalam mempelajari al-Qur’an.
4.
Adanya
penunjuk terhadap tema pembahasan surat dan tujuan-tujuannya.
Komentar : Fawatihus Suwar
merupakan salah satu bentuk kekuasaan dan kebesaran Allah, karena walaupun
beberapa ulama berusaha memahami makna dari ayat Fawatihus Suwar tersebut,
tetaplah yang mengerti makna dan maksud yang sesungguhnya hanya Allah SWT. Akan
tetapi tidak memutus kemungkinan untuk dilakukan pemahaman yang mendalam
terhadap fawatihus suwar tersebut, karena manusia diperintahkan untuk Iqra’ dalam
arti lain mempelajari dan meneliti.
BAB IX
MUHKAM DAN MUTASYABIH
A.
Pengertian
Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam ialah
ayat-ayat yang mempunyai makna jelas, baik lafadz maupun maksudnya, sehingga
tidak menimbulkan keraguan, kekeliruan dan penafsiran lain. Ayat yang termasuk
muhkam yakni naskh dan zhahir. Sedangkan Mutasyabih ialah
ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ayat yang termasuk mutasyabih yakni mujmal,
mu’awwal, musykil dan mubham (ambigu).
B.
Sebab-sebab
Adanya Ayat Mutasyabih
1.
Kesamaran
lafal
Ø Kesamaran karena mufrad
Ø Kesamaran karena murakkab
2.
Kesamaran
makna ayat
3.
Kesamaran
lafal dan makna ayat
C.
Macam-macam
Ayat Mutasyabih
1.
Ayat
mutasyabih yang hanya diketahui Allah (seperti ayat tentang surga, neraka,
kiamat, dan lain sebagainya).
2.
Ayat
mutasyabih yang bisa diketahui orang dengan pembahasan dan pengkajian yang
mendalam.
3.
Ayat
mutasyabih yang hanya diketahui oleh pakar ilmu dan sains.
D.
Pendapat
Para Ulama Mengenai Ayat Mutasyabih
1.
Pendapat
Jumhur ulama Ahlus Sunnah dan sebagian ahli Ra’yi mengatakan bahwa ayat
mutasyabih cukup diimani saja, tidak perlu pena’wilan arti dan makna ayat
mutasyabih, kecuali ayat mutasyabih yang menerangkan keagungan Allah.
2.
Ibnu
Daqiqi al-‘Id mengatakan bahwa dalam pena’wilan ayat mutasyabih sepadan dengan
bahasa arab dan jika tidak, maka ditangguhkan ta’winnya tersebut. Dan ayat
mutasyabih tersebut cukup diimani tanpa perlu pengamalan.
E.
Hikmah
dibalik Ayat Muhkam dan Mutasyabih
1.
Sebagai
ujian keimanan bagi manusia.
2.
Untuk
memperkuat kedudukan al-Qur’an sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia.
3.
Sebagai
motivasi bagi umat Islam untuk menggali maksud isi yang terkandung dalam
al-Qur’an.
Komentar
: Seperti halnya Nasikh Mansukh dan Fawatihus Suwar, Muhkam dan
Mutasyabih juga menjadi ujian keimanan tersendiri bagi umat Islam. Karena hanya
orang-orang yang mendalam ilmunya saja yang bisa memahami makna dari ayat-ayat
Mutasyabih, hal ini sekaligus menjadi motivasi bagi umat Islam dalam mengkaji
berbagi macam Ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan Ilmu-ilmu
al-Qur’an.
BAB X
I’JAZUL QUR’AN
A.
Pengertian
I’jazul Qur’an
Secara etimologis,
I’jaz berarti melemahkan/membuktikan ketidakmampuan pihak lain. Sedangkan
secara terminologis I’jaz berarti pembuktian kebenaran Nabi SAW atas pengakuan
kerasulannya dengan cara menunjukkan kelemahan orang-orang Arab yang menentang.
Jadi, I’jazul Qur’an adalah kemampuan yang dimiliki al-Qur’an untuk membuktikan
kenabian Nabi Muhammad SAW dan melemahkan para penentangnya dalam membuat hal
serupa.
B.
Nama
Lain Mu’jizat
1.
Irhas
: dimiliki oleh calon Nabi
2.
Karomah
: dimiliki oleh para Wali/orang suci.
3.
Ma’unah
: dimiliki manusia pada umumnya.
4.
Istidros
: dimiliki oleh orang fasik/kafir.
5.
Sihir
: dimiliki oleh seseorang dengan bantuan setan.
C.
Unsur-unsur
Dalam Mu’jizat
1.
Berupa
peristiwa luar biasa.
2.
Terjadi
pada orang yang mengaku Nabi.
3.
Mengandung
tantangan terhadap siapapun yang meragukan.
D.
Tantangan
Al-Qur’an Ditujukan Kepada:
1.
Seluruh
umat manusia.
2.
Siapapun
yang mengetahui al-Qur’an.
3.
Kaum
mukminin, untuk meneguhkan keimanan mereka.
4.
Kepada
orang-orang kafir yang tidak meyakininya.
E.
Macam-macam
Mu’jizat
1.
Hissiyah
Ø Hanya dirasakan, dicerna, dan dilihat pada saat kemunculannya.
Ø Hanya untuk orang-orang yang menyaksikannya.
Ø Terjadi pada selain al-Qur’an.
2.
Aqliyyah
Ø Hanya bisa diketahui dengan akal dan pemikiran mendalam.
Ø Berlaku sepanjang masa.
Ø Bisa dirasakan/diketahui oleh siapapun yang memiliki cahaya
pengetahuan khusus dan mata hati yang bersih.
Ø Hanya terjadi pada al-Qur’an.
F.
Aspek-aspek
I’jaz Al-Qur’an
1.
I’jaz
al-balaghi (sastra kebahasaan)
2.
I’jaz
al-ghaiby (hal-hal ghaib)
3.
I’jaz
al-tasyri’ry (perundang-undangan)
4.
I’jaz
al-‘Ilmy (sains; ilmu pengetahuan) :
a.
I’jaz
al-Thibbiy (kedokteran)
b.
I’jaz
al-Falaky (astronomi)
c.
I’jaz
al-Thabi’iy (fisika)
d.
I’jaz
al-‘adady (jumlah bilangan)
e.
I’jaz
al-I’lamiy (informasi):
Ø Kejadian masa lalu.
Ø Kejadian yang akan datang.
G.
Kadar
Kemu’jizatan Al-Qur’an
1.
Mu’jizat
al-Qur’an dalam susunan tabir (penuturan kalimat) nya dan dalam rangkaian
seninya berdasarkan keistiqomahan terhadap kekhususan di dalam satu tingkatan.
2.
Mu’jizat
al-Qur’an dalam bangunannya dan dalam keteraturan yang saling melengkapi antar
bagian-bagiannya.
3.
Mu’jizat
al-Qur’an dalam hal kemudahan untuk masuk ke dalam hati dan sanubari manusia.
F.
Fungsi
Mu’jizat Al-Qur’an
1.
Sebagai
bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW.
2.
Sebagai
bukti kebenarannya sebagi firman Allah.
3.
Untuk
meneguhkan keimanan kaum beriman.
4.
Melemahkan
kaum Kuffar.
Komentar : Menurut saya,
I’jazul Qur’an bisa dijadikan senjata yang ampuh dalam menjawab
anggapan-anggapan para orientalis yang mengatakan bahwa al-Qur’an bukanlah
wahyu dari Allah, melainkan ciptaan Nabi Muhammad SAW. dengan I’jazul Qur’an
kita bisa membuktikan bahwa anggapan mereka mengenai al-Qur’an adalah salah.
Kita bisa menunjukkan kebesaran Allah melalui keajaiban-keajaiban yang
terkandung dalam al-Qur’an.
diambil dari buku apa ini mas.?
ReplyDeleteyang point bab VI.
ReplyDelete