Saturday, April 28, 2012

RANGKUMAN ULUMUL QURAN


RANGKUMAN MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Kurdi Fadal, M.H.I, M.S.I


stain.jpg


Disusun Oleh :
Kelas B
Khasan Fauzi (2021 111 067)



JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
URGENSI ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

A.    Pengertian Ulumul Qur’an
Ulumul Qur’an berasal dari kata ulum (ilmu-ilmu) dan al-Qur’an (kitab suci umat Islam). Jadi, Ulumul Qur’an adalah segala pengetahuan/ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an. Tetapi yang termasuk dalam kategori Ulumul Qur’an hanya ilmu-ilmu syar’iyyah (agama) dan Arabiyah (bahasa Arab) saja.
B.     Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
Terdapat 17 cabang Ulumul Qur’an yang terpenting, yaitu :
1.         Ilmu Mawatin al-Nuzul (ilmu tentang tempat-tempat turunnya ayat).
2.         Ilmu Tawarikh al-Nuzul (ilmu tentang masa dan tertib turunya ayat).
3.         Ilmu Asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab/latar belakang turunnya ayat).
4.         Ilmu Qira’ah (ilmu tentang macam-macam bacaan al-Qur’an).
5.         Ilmu Tajwid (ilmu tentang membaca al-Qur’an).
6.         Ilmu Garib al-Qur’an (ilmu tentang makna lafal yang ganjil/tidak lazim).
7.         Ilmu I’rab al-Qur’an (ilmu tentang lafal dan harakat dalam ayat).
8.         Ilmu Wujud wa al-Naza’ir (ilmu tentang lafal al-Qur’an yang ambigu).
9.         Ilmu Ma’rifah al Muhkam wa al-Mutasyabih (ilmu tentang ayat-ayat muhkam
dan mutasyabih).
10.     Ilmu Nasikh wa Mansukh (ilmu tentang nasikh mansukhnya al-Qur’an).
11.     Ilmu Badai al-Qur’an (ilmu tentang keindahan, kesusastraan, dan ketinggian balaghah ayat-ayat al-Qur’an).
12.     Ilmu I’jaz al-Qur’an (ilmu tentang kemu’jizatan al-Qur’an).
13.     Ilmu tanasub ayat al-Qur’an (ilmu tentang kesesuaian antar ayat al-Quran).
14.     Ilmu Amsal al-Qur’an (ilmu tentang perumpamaan dalam al-Qur’an).
15.     Ilmu Aqsam al-Qur’an (ilmu tentang arti dan tujuan sumpah Allah dalam al-Qur’an).
16.     Ilmu Jidal al-Quran (ilmu tentang bentuk perdebatan dalam al-Qur’an).
17.     Ilmu Adab Tilawah al-Qur’an (ilmu tentang aturan membaca al-Qur’an).
C.Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an
Cabang-cabang Ulumul Qur’an mulai tumbuh secara terpisah pada abad ke-3 H, mulai dari munculnya ilmu tafsir, asbab al-nuzul, nasikh wal mansukh, manazila bi makkata mawa nuzila bil madinati. Kemudian muncul ilmu ghorobil Qur’an pada abad ke-4 H, amtsalil Qur’an pada abad ke-5 H, serta ilmu badi’ul Qur’an, Jadalil Qur’an dan Aqsamil Qur’an pada abad ke-6 H.
Dalam perkembangannya, Ulumul Qur’an dirintis dari masa ke masa, yaitu :
1.         Dari kalangan Sahabat Nabi SAW : Para Khulafaur Rasidin, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
2.         Dari kalangan Tabi’in : Mujahid, Atha’ bin Yassar, Ikrimah, Qatadah, Hasan al-Basri, Said bin Jubair, dan Zaid bin Aslam di Madinah.
3.         Dari Tabi’i al Tabi’in : Malik bin Anas yang memperoleh ilmunya dari Zaid bin Aslam.
Secara utuh Ulumul Qur’an mulai muncul pada abad ke-5 H, ditandai dengan mulai dihimpunnya bagian-bagian ulumul Qur’an, yang pertama kali dilakukan oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w.430 H) dalam karyanya al-Burhan fi Ulumil Qur’an. Dari abad ke-6 – 14 H tidak lahir lagi ilmu-ilmu baru dalam ulumul Qur’an, tetapi ilmu-ilmu yang sudah ada menjadi lebih berkembang dan meluas.
D.    Urgensi Ulumul Qur’an
Pentingnya Ulumul Qur’an mencakup beberapa hal, yaitu :
Ø  Dengan Ulumul Qur’an, Seseorang akan mencapai pemahaman yang baik mengenai al-Qur’an.
Ø  Ulumul Qur’an menjadi senjata yang ampuh dalam membela kesucian al-Qur’an.
Ø  Ulumul Qur’an mempermudah penafsiran suatu ayat dalam al-Qur’an.
Ø  Dengan Ulumul Qur’an, dapat diketahui semua yang berkaitan dengan al-Qur’an, sehingga dapat terhindar dari taklid membabi buta.

Komentar : Menurut saya, Ulumul Qur’an bukan hanya sebatas ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang dapat memberikan pemahaman yang baik mengenai al-Qur’an, tetapi juga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ajaran agama Islam. Sehingga dapat menambah kemantapan hati dan keteguhan Iman dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam.

BAB II
NUZULUL QUR’AN

A.    Pengertian Wahyu
Secara etimologi, wahyu berarti isyarat yang cepat, ilham, risalah, dan pesan. Dalam istilah lain, wahyu berarti pemberitahuan Allah SWT kepada seorang hamba pilihan-Nya melalui cara yang samar.
B.     Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dan bernilai i’jaz walaupun satu surat di dalamnya. Alqur’an mempunyai banyak nama, diantaranya yaitu: Kitab, al-Furqon, Tanzil, Zikir, dll.
C.     Proses  Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Proses turunnya al-Quran tersebut meliputi: (1) Melalui mimpi, (2) Melalui Malaikat Jibril, baik dalam wujud aslinya maupun dalam wujud manusia, (3) Berupa suara, seperti bunyi lonceng, (4) Dari balik tabir, seperti terjadi pada malam mi’raj.
D.    Tahap-tahap Turunnya Al-Qur’an
Ada dua tahapan turunnya al-Qur’an, yakni:
1. Dari Lauh Mahfudh ke langit bumi, al-Qur’an diturunkan pada malam bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
2. Dari langit bumi ke Rasulullah SAW, al-Qur’an turun berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 tahun (13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah).
E.     Periodisasi Turunnya Al-Qur’an
1.    Periode Pertama (selama 4-5 tahun)
Dimulai dari turunnya wahyu pertama (surat Al-Alaq), dan ditandai dengan kandungan wahyu Ilahi yang mencakup tiga hal: (1)Pendidikan bagi Rasulullah SAW, (2)pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah, (3)Keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiah dan bantahan-bantahan umum mengenai masyarakat jahiliah waktu itu.
2.    Periode Kedua (selama 8-9 tahun)
Terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah, hingga akhirnya ayat-ayat al-Qur’an mampu memblokade paham jahiliah dari segala segi.

3.    Periode Ketiga (selama 10 tahun)
Ditandai adanya dakwah al-Qur’an yang telah dapat mewujudkan keleluasaan penganut-penganutnya dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam di Yatsrib.

Komentar : Nuzulul Qur’an atau turunnya al-Qur’an memberikan hikmah yang luar biasa bagi perkembangan agama Islam, diantaranya dengan turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur memudahkan bagi Nabi SAW maupun para sahabat dalam menerima atau menghafal al-Qur’an, serta urutan turunnya ayat runtut, mulai dari ajaran yang bersifat dasar sampai ajaran yang bersifat kompleks dalam agama Islam, sehingga ajaranya bisa diserap dengan baik.
BAB III
MAKIYAH DAN MADANIYAH

A.    Pengertian Makiyah dan Madaniyah
Makiyah adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah, Sedangkan Madaniyah adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah.
B.     Ciri-ciri Makiyah dan Madaniyah
1.    Ciri-ciri Makiyah
Ø Ayat serta suratnya pendek dan berirama.
Ø ditandai dengan khitbah terhadap penduduk Mekkah, seperti “ يَا أَيُّهَا النَّاسُ”,
يَا بَنِي آدَمَ”, dan sebagainya.
Ø Terdapat ayat sajdah dan lafadz “kalla” yang disebutkan 33 kali dalam 15 surat akhir setengah al-Qur’an.
2.    Ciri-ciri Madaniyah
Ø Ayat serta suratnya panjang dan kurang berirama.
Ø Terkandung ajakan untuk berjihad mencari syahid di jalan Allah.
Ø Menerangkan tentang hukum-hukum Islam dan hukum-hukum kriminal.
Ø Menjelaskan tentang keburukan kaum munafik
Ø Berisi jaminan pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dari serangan musuh.
C.     Teori-teori penentuan Makiyah dan Madaniyah
1.    Teori Mulahazhatu Makani al-Nuzuli (teori geografis/tempat turunnya wahyu).
2.    Teori Mulahazhah al-Mukhathabina fi al-Nuzuli (teori subjektif/subjek yang dikhitab).
3.    Teori mulahazhatu Zamani al-Nuzuli (teori historis/waktu turunnya ayat).
4.    Teori Mulahazhatu Ma Tadhammanat as-Surratu (teori berdasarkan cerita).
D.    Manfa’at Mempelajari Makiyah dan Madaniyah
1.    Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah.
2.    Mengetahui berbagai bentuk bahasa dalam al-Qur’an.
3.    Mengetahui sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam.
4.    Mengetahui urutan turunnnya ayat.
5.    Membantu menafsirkan al-Qur’an.
E.     Penentuan surat Makiyah dan Madaniyah
1.    Berdasarkan laporan para sahabat Nabi SAW yang menyaksikan langsung bagaimana dan dimana wahyu turun.
2.    Melalui ijtihad para ulama berdasarkan ciri-ciri surat atau ayat.

Komentar : Adanya surat Makiyah dan Madaniyah dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah atau kronologi perkembangan Islam mulai dari dakwah Nabi SAW di Mekkah sampai dakwah Nabi SAW di Madinah.

BAB IV
KODIFIKASI AL-QUR’AN

A.    Kodifikasi Al-Qur’an pada Masa Rasulullah SAW
Pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an pada masa Nabi SAW terbagi menjadi dua kategori, yakni (1)Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati, dan mengamalkan. (2)Pengumpulan dalam dokumen, dengan cara menulisnya pada kitab, atau diwujudkan dalam bentuk ukiran.
Ø Proses pemeliharaan al-Qur’an:
1.    Al-Qur’an di lauh mahfuz (di sisi Allah), al-Qur’an terjaga dengan sempurna.
2.    Al-Qur’an dalam proses diturunkan ke bumi dijaga malaikat dari setan.
3.    Al-Qur’an di sisi Rasulullah SAW, beliau melaksanakan amanah risalah dengan sempurna, menyambut baik turunnya wahyu al-Qur’an, lalu dijaga dan dihafalkan secara cermat dan menyampaikannya pada para sahabat dengan baik.
Ø Penulis (Kuttab) resmi al-Qur’an:
1.    Zayd bin Tsabit (sebagai sekretaris Nabi SAW sepanjang hidupnya).
2.    Abdullah bin Said (sekretaris Nabi SAW pertama saat di Mekkah).
3.    Usman bin Affan.
4.    Ali bin Abi Thalib (penulis naskah-naskah perjanjian Nabi SAW dengan non muslim).
5.    Ubay  bin Ka’b (sekretaris Nabi SAW pertama ketika di Madinah)
6.    Mu’awiyah bin Abi Sufyan (sekretaris Nabi SAW setelah diajukan langsung oleh ayahnya).
Ø Penulis al-Qur’an yang tidak resmi: Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khatab, Zubair bin Awwam, Kholid bin Said, Tsabit bin Qays, Mughirah bin Syu’bah, Mu’az bin Jabal, dan lain sebagainya.
Ø Alat/benda yang digunakan untuk menulis al-Qur’an: potongan kulit, pelepah kurma, bebatuan, tulang, dan lain-lain.
Ø Al-Qur’an tidak dikodifikasiakn dalam satu mushaf, karena:
1.    Ayat-ayatnya masih berlangsung turun secara acak antara ayat satu dengan ayat yang lain dari surat yang berbeda.
2.    Tertib ayat tidak seperti tertib turunnya.
3.    Wahyu turun dalam waktu yang singkat. (tidak lebih dari 23 tahun).
4.    Tidak ada motivasi yang mendesak untuk menyatukan al-Qur’an dalam satu mushaf.
B.     Kodifikasi Al-Qur’an Pasca Nabi SAW
1.    Masa Khalifah Abu Bakar dan Umar
Terjadinya perang Yamamah yang menewaskan lebih dari 70 orang huffaz membuat Umar meminta Abu Bakar sebagai khalifah untuk mengadakan pengumpulan al-Qur’an dalam satu mushaf. Sehingga, walaupun awalnya masih ragu, akhirnya Abu Bakar segera mengutus Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan hal itu. Kurang lebih selama 15 bulan, akhirnya al-Qur’an terkumpul dalam shuhuf-shuhuf. Setelah Abu Bakar wafat shuhuf-shuhuf tersebut dipegang oleh Umar dan setelah Umar wafat, shuhuf-shuhuf itu disimpan oleh Hafshah anak Umar yang juga merupakan Istri Rasulullah SAW yang pandai menulis dan pandai membaca.
2.    Masa Khalifah Usman
Terjadi pertikaian mengenai berbagai bentuk mushaf yang beredar, sehingga Usman memperbanyak salinan mushaf dari Abu Bakar dan menginstruksikan untuk menyebarluaskan Mushaf tersebut ke berbagai wilayah, serta memusnahkan semua mushaf lain yang beredar.
3.    Mushaf Sahabat lain:
·      Ubay bin Ka’ab yang mushafnya berpengaruh di bagian besar daerah Siria.
·      Abdullah ibn Mas’ud yang mushafnya mendominasi daerah Kufa.
·      Abu Musa al-As’ari yang mushafnya memperoleh pengakuan masyarakat Basrah.
·      Miqd ibn Aswad yang mushafnya diikuti penduduk kota Hims.
·      Ibn Abbas yang jumlah keseluruhan surat dalam mushafnya sebanyak 116 surat.

Komentar : Menurut saya, ajaran agama Islam yang sekarang telah menyebar dan berkembang diseluruh penjuru dunia, semuanya tidak lepas dari adanya kodifikasi al-Qur’an. Karena dengan adanya kodifikasi al-Qur’an, Isi ajaran agama Islam yang termuat di dalam al-Qur’an, semuanya bisa tersampaikan tidak hanya kepada bangsa Arab saja, tetapi meluas ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.

BAB V
ASBABUN NUZUL

A.    Pengertian Asbabun Nuzul
Secara bahasa, Asbabun Nuzul berasal dari kata Asbab (sebab-sebab) dan An-Nuzul (turun), jadi, Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi turunya al-Qur’an. Dalam arti lain, Asbabun Nuzul berarti ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum, diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk menjadi keterangan bagi suatu perkara yang telah terjadi.
B.     Macam-macam Asbabun Nuzul
1.    Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum.
2.    Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus.
3.    Sebagai jawaban atas petanyaan kepada Nabi SAW.
4.    Sebagai jawaban dari pertanyaan Nabi.
5.    Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum.
6.    Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu.
C.     Makna Ungkapan-ungkapan Redaksi Asbabun Nuzul
1.    Kata  سبب (sebab), contoh: نزول هذه الاية كذا  سبب  (sebab turunnya ayat ini demikian). Termasuk ungkapan yang sharih (jelas dan tegas).
2.    Kata ف (maka), contoh:  كذاوكذافنزلت الايةحدثت (telah terjadi peristiwa ini dan itu, maka turunlah ayat). Termasuk ungkapan yang sharih.
3.    Kata فى (tentang),contoh:  هذه الاية فى كذا وكذانزلت (ayat ini turun tentang ini dan itu). Termasuk ungkapan yang ghairi sharih (tidak jelas dan tegas).
D.    Manfaat dan Urgensi Asbabun Nuzul
1.    Mengetahui rahasia dan tujuan Allah SWT mensyari’atkan agamanya melalui ayat-ayat al-Qur’an.
2.    Memudahkan pemahaman al-Qur’an secara benar.
3.    Memperkuat hafalan al-Qur’an.
4.    Membantu dalam memahami dan mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an.
5.    Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
6.    Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qur’an turun.
7.    Memantapkan wahyu-wahyu ke dalam hati yang mendengarkan.
8.    Mentakhsiskan hukum, meskipun dengan shigot yang khusus.

Komentar : Menurut saya, Asbabun Nuzul sangat berperan dalam menambah pemahaman mengenai isi kandungan al-Qur’an. Karena dengan Asbabun Nuzul, kita menjadi paham bagaimana latar belakang turunnya al-Qur’an, serta dengan Asbabun Nuzul juga dapat memperkuat maksud/tujuan  dan keterangan ayat yang diturunkan.

BAB VI
NASIKH MANSUKH

A.    Pengertian Ilmu Nasikh Mansukh
Nasikh berasal dari kata Nasakho, Tansakhu, dan Nasukhon yang berarti hilangkan dan hapuskan. Dalam arti lain, ilmu Nasikh Mansukh adalah ilmu yang membahas tentang penghapusan atau penghilangan dan pengangkatan hukum syara’ yang sesuai dengan perintah atau khitbah Allah yang datang kemudian.
B.     Macam-macam Nasikh Mansukh
1.      Nasikh al-Qur’an dengan al-Qur’an
2.      Nasikh al-Qur’an dengan sunah Rasulullah SAW
Ø  Al-Qur’an dinasakhkan dengan hadits ahad.
Ø  Al-Qur’an dinasakhkan dengan sunah mutawatir.
3.      Nasikh sunah Rasulullah SAW dengan al-Qur’an
4.      Nasikh sunah Rasulullah SAW dengan Nasikh sunah Rasulullah SAW
Ø  Mutawatir dinasakhkan dengan mutawatir.
Ø  Ahad dinasakhkan dengan ahad.
Ø  Ahad dinasakhkan dengan mutawatir.
Ø  Mutawatir dinasakhkan dengan ahad.
C.     Macam-macam Nasikh dalam Al-Qur’an
1.      Nasikh tilawah (bacaan) dan hukumnya (misal: ayat tentang hukum sepersusuan).
2.      Dinasikhkan hukumnya, tapi tilawahnya tetap (misal: ayat tentang hukum iddah).
3.      Dinasikhkan tilawahnya, tapi hukumnya tetap berlaku (misal: ayat tentang rajam).
D.    Pendapat Ulama Tentang Nasikh dalam Al-Qur’an
1.      Golongan Rawafidhah
Memperbolehkan adanya nasikh, tetapi meraka sangat bebas, bahkan bertindak keterlaluan dalam menetapkan nasikh dan memperluas pengertiannya.
2.      Abu Muslim Khurasani
Memperbolehkan nasikh menurut akal, tapi melarang menurut Syara’.
3.      Jumhur Ulama Fiqh
Memperbolehkan nasikh, baik menurut akal maupun Syara’.
E.     Manfa’at Nasikh Mansukh
1.      Untuk menguji mukallaf dalam mematuhi agama Allah.
2.      Memelihara kemaslahatan umat.
3.      Memudahkan hukum dan mengganti dengan yang lebih baik bagi umat.
4.      Mengembangkan tasyri’ kepada tingkat yang lebih sempurna sesuai perkembangan dakwah dan umat.
Komentar : Nasikh Mansukh memberikan dampak tersendiri bagi seorang muslim. Seseorang yang Imannya lemah, bisa saja menganggap bahwa Allah tidak konsisten. Sebaliknya, orang yang kuat Imannya akan dapat mengambil hikmah dari adanya Nasikh Mansukh ini, sehingga dapat memperkuat taraf keimananya.
BAB VII
MUNASABAH

A.    Pengertian Munasabah
Munasabah secara bahasa berarti jiwa. Secara terminologis berarti segi-segi hubungan antar kalimat dalam ayat, antara ayat satu dengan ayat lain, serta antara satu surat dengan surat yang lain. Jadi ilmu munasabah adalah ilmu untuk mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat, serta untuk mengetahui urutan bacaan ayat.
B.     Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Munasabah
Munasabah dicetuskan pertama kali oleh Abu Bakar Al-naisaburi (w.324 H) di Baghdad. Dalam perkembangannya munasabah meningkat menjadi salah satu cabang dari ulumul qur’an. Kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Ahmad ibn Ibrahim dan Burhan Abidin yang membahas munasabah secara spesifik. Ulama berikutnya menyusun pembahasan munasabah secara khusus seperti kitab al-Burhan fi Munasah tartib al-Qur’an karya Ahmad ibn Ibrahim al-Andalusi (w. 807 H), dan yang lainnya.
C.     Bentuk-bentuk Munasabah
1.      Hubungan antar ayat
a.       Diathafkannya ayat yang satu kepada ayat yang lain (seperti antara ayat 102 dan ayat 103 surat Ali Imran).
b.      Tidak diathafkannya ayat yang satu kepada ayat yang lain (seperti antara ayat 10 dan ayat 11 surat Ali Imran).
c.       Digabungkannya dua hal yang sama (seperti ayat 4 dan ayat 5 surat al-Anfal).
d.      Dikumpulkannya dua hal yang kontradiksi (seperti ayat 94 dan 95 surat al-A’raf).
e.       Dipindahkannya satu pembicaraan (seperti ayat 54 dan ayat 55 surat Shaad).
2.      Hubungan antar surat
a.       Hubungan antara satu surat dengan surat sebelumnya (seperti hubungan antara surat al-Fatihah, al-Baqarah, an-Nisa, dan al-Ma’idah)
b.      Hubungan awal dengan akhir surat yang sama (seperti pada surat al-Qashas)
c.       Hubungan nama surat dengan isinya (seperti surat al-Baqarah yang bercerita tentang sapi betina.
d.      Hubungan antara penutup surat dengan awal surat setelahnya (seperti antara surat al-Waqi’ah dan al-Hadid).
D.    Kedudukan Munasabah dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Munasabah ayat sangat membantu dalam menerangkan makna yang terkandung dalam ayat, bahkan fungsinya mirip dengan Asbabun Nuzul. Akan tetapi munasabah berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh melalui ijtihad, sedangkan Asbabun Nuzul terkait dengan pengetahuan yang diperoleh dari riwayah.
E.     Manfaat Mempelajari Munasabah
1.      Mengetahui hubungan antar bagian-bagian al-Qur’an.
2.      Mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa al-Qur’an yang menunjukkan bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu dari Allah.
3.      Membantu menafsirkan al-Qur’an.
4.      Menepis anggapan orang bahwa tema-tema al-Qur’an kehilangan relevansi antar bagiannya.

Komentar : Menurut saya, Munasabah merupakan bagian dari ulumul Qur’an yang ikut berperan dalam memberikan pemahaman terhadap isi al-Qur’an. Munasabah juga dapat menunjukkan keagungan Allah dalam mengatur susunan al-Qur’an, sekaligus juga dapat menepis anggapan bahwa al-Qur’an adalah ciptaan Nabi Muhammad SAW. Karena kualitas dan tingkat kebahasaan al-Qur’an tidak mungkin bisa disamai ataupun diungguli oleh siapapun.

BAB VIII
ILMU FAWATIHUS SUWAR

A.    Pengertian Fawatihus Suwar
Fawatihus Suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan dalam ayat-ayat al-Qur’an.
B.     Macam-macam Pembuka Surat
1.      Pujian :
a.       Al-Tahmid: al-Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir.
b.      Al-Tabaruk: al-Furqan, al-Mulk.
c.       Al-Tasbih: al-Isra’, al-Hadid, al-Hasyr, al-Shaff, al-Jumu’ah, al-Taghabun, al-A’la.
2.      Potongan huruf hijaiyah :
a.       Diawali dengan satu huruf (muwahhadah): shad, Qaf, Nun.
b.      Diawali dengan dua huruf (mutsanna): al-Mu’min, Fushshilat, al-Dhukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, Thaha, al-Naml, Yasin, Asy-Syuraa, az-Zukhruf.
c.       Diawali dengan tiga huruf (mutsalatsaah): al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman, al-Sajadah, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hajr, as-Syu’raa, al-Qashash.
d.      Diawali dengan empat huruf (muraba’ah) : al-Ra’d, al-A’raf.
e.       Diawali dengan lima huruf : Maryam.
3.      Fawatihus Suwar yang merupakan ayat-ayat mutasyabihat :
a.       Al-Nida’(seruan) :
Ø Panggilan kepada Nabi : al-Ahzab, al-Muzzamil, al-Muddatsir.
Ø Panggilan kepada orang-orang mukmin: al-Maidah, al-Hujurat, al-Mumtahanah.
Ø Panggilan kepada manusia: an-Nisa, al-Hajj.
4.      Jumlah khabariah (kalimat berita) :
Ø Jumlah Ismiyah (Kalimat Nominal): at-Taubah, an-Nur, al-Zumar, Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah, al-Kautsar.
Ø Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal): al-Anfal, an-Nahl, al-Anbiya’, al-Mu’minun, al-Qamar, al-Mujadilah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, ‘Abasa, al-Balad, al-Takatsur.
5.      Al-Qasam (sumpah) :
Ø Ulya : al-Shaffat, al-Najm, al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, al-Syams.
Ø Sufla: al-Dzariyat, al-Thur, al-Tin, al-Adiyat.
Ø Waqt: al-Lail, ad-Dhuha, al-Ashr.
6.      al-Syarth (kalimat syarat) :
Ø Syarath dengan jumlah Ismiyah: al-Takwir,al-Infitar, al-Insyiqaa.
Ø Syarath dengan jumlah Fi’liyah: al-Waqi’ah, al-Munafiqun, al-Zalzalah, al-Nashr.
7.      Al-Amr (fi’il Amr):
Ø Amr dengan Iqra’: al-Alaq.
Ø Amr dengan Qul : al-Jinn, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas.
8.      Al-Istifham (kalimat tanya):
Ø Al-Istifham al-Ijabiy (kalimat tanya positif): al-Insan, an-Naba’, al-Ghasyiyah.
Ø Al-Istifham al-Salabiy (kalimat tanya negasi): al-Insyirah, al-Ma’un.
9.      Ad-Du’a (do’a):
Ø Du’a dengan jumlah Ismiyah: al-Muthafifin, al-Lumazah.
Ø Du’a dengan jumlah Fi’liyah: al-Lahab.
10.  Lam at-Ta’lil (lam yang berarti karena): Qureisy.
C.     Pendapat Beberapa Ulama Tentang Fawatih as-Suwar
1.      Ibnu Arabi (w.638 H), mengatakan bahwa Allah menjadikan huruf-huruf ini (fawatihus suwar) dalam beberapa martabat, yakni: maushul, maqthu’, mufrad, mutsanna, dan ada yang jama’.
2.      Ibnu Abbas, tentang kaf ha ya ‘ain shad. Kaf (karim), ha (hadin), ya (hakim), ‘ain (‘alim), shad (shadiq).
3.      Adh-Dhahhak, bahwa makna alif lam ra adalah Ana Allahu a’lamu wa arfa’u (Aku adalah Allah, Aku mengetahui dan Aku mengangkat).
4.      Ulama Shalaf, bahwa Fawatihus Suwar telah tersusun semenjak zaman azali sedemikian rupa guna melengkapi segala yang melemahkan manusia untuk mendatangkan yang seperti al-Qur’an.
D.    Hikmah Ayat Mutasyabih Sebagai Fawatihus Suwar
1.      Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
2.      Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat Mutasyabih
3.      Mempermudah dalam mempelajari al-Qur’an.
4.      Adanya penunjuk terhadap tema pembahasan surat dan tujuan-tujuannya.

Komentar : Fawatihus Suwar merupakan salah satu bentuk kekuasaan dan kebesaran Allah, karena walaupun beberapa ulama berusaha memahami makna dari ayat Fawatihus Suwar tersebut, tetaplah yang mengerti makna dan maksud yang sesungguhnya hanya Allah SWT. Akan tetapi tidak memutus kemungkinan untuk dilakukan pemahaman yang mendalam terhadap fawatihus suwar tersebut, karena manusia diperintahkan untuk Iqra’ dalam arti lain mempelajari dan meneliti.

BAB IX
MUHKAM DAN MUTASYABIH

A.    Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam ialah ayat-ayat yang mempunyai makna jelas, baik lafadz maupun maksudnya, sehingga tidak menimbulkan keraguan, kekeliruan dan penafsiran lain. Ayat yang termasuk muhkam yakni naskh dan zhahir. Sedangkan Mutasyabih ialah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ayat yang termasuk mutasyabih yakni mujmal, mu’awwal, musykil dan mubham (ambigu).
B.     Sebab-sebab Adanya Ayat Mutasyabih
1.      Kesamaran lafal
Ø  Kesamaran karena mufrad
Ø  Kesamaran karena murakkab
2.      Kesamaran makna ayat
3.      Kesamaran lafal dan makna ayat
C.     Macam-macam Ayat Mutasyabih
1.      Ayat mutasyabih yang hanya diketahui Allah (seperti ayat tentang surga, neraka, kiamat, dan lain sebagainya).
2.      Ayat mutasyabih yang bisa diketahui orang dengan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
3.      Ayat mutasyabih yang hanya diketahui oleh pakar ilmu dan sains.
D.    Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Mutasyabih
1.      Pendapat Jumhur ulama Ahlus Sunnah dan sebagian ahli Ra’yi mengatakan bahwa ayat mutasyabih cukup diimani saja, tidak perlu pena’wilan arti dan makna ayat mutasyabih, kecuali ayat mutasyabih yang menerangkan keagungan Allah.
2.      Ibnu Daqiqi al-‘Id mengatakan bahwa dalam pena’wilan ayat mutasyabih sepadan dengan bahasa arab dan jika tidak, maka ditangguhkan ta’winnya tersebut. Dan ayat mutasyabih tersebut cukup diimani tanpa perlu pengamalan.
E.     Hikmah dibalik Ayat Muhkam dan Mutasyabih
1.      Sebagai ujian keimanan bagi manusia.
2.      Untuk memperkuat kedudukan al-Qur’an sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia.
3.      Sebagai motivasi bagi umat Islam untuk menggali maksud isi yang terkandung dalam al-Qur’an.

Komentar : Seperti halnya Nasikh Mansukh dan Fawatihus Suwar, Muhkam dan Mutasyabih juga menjadi ujian keimanan tersendiri bagi umat Islam. Karena hanya orang-orang yang mendalam ilmunya saja yang bisa memahami makna dari ayat-ayat Mutasyabih, hal ini sekaligus menjadi motivasi bagi umat Islam dalam mengkaji berbagi macam Ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan Ilmu-ilmu al-Qur’an.
BAB X
I’JAZUL QUR’AN

A.    Pengertian I’jazul Qur’an
Secara etimologis, I’jaz berarti melemahkan/membuktikan ketidakmampuan pihak lain. Sedangkan secara terminologis I’jaz berarti pembuktian kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya dengan cara menunjukkan kelemahan orang-orang Arab yang menentang. Jadi, I’jazul Qur’an adalah kemampuan yang dimiliki al-Qur’an untuk membuktikan kenabian Nabi Muhammad SAW dan melemahkan para penentangnya dalam membuat hal serupa.
B.     Nama Lain Mu’jizat
1.         Irhas : dimiliki oleh calon Nabi
2.         Karomah : dimiliki oleh para Wali/orang suci.
3.         Ma’unah : dimiliki manusia pada umumnya.
4.         Istidros : dimiliki oleh orang fasik/kafir.
5.         Sihir : dimiliki oleh seseorang dengan bantuan setan.
C.     Unsur-unsur Dalam Mu’jizat
1.         Berupa peristiwa luar biasa.
2.         Terjadi pada orang yang mengaku Nabi.
3.         Mengandung tantangan terhadap siapapun yang meragukan.
D.    Tantangan Al-Qur’an Ditujukan Kepada:
1.         Seluruh umat manusia.
2.         Siapapun yang mengetahui al-Qur’an.
3.         Kaum mukminin, untuk meneguhkan keimanan mereka.
4.         Kepada orang-orang kafir yang tidak meyakininya.
E.     Macam-macam Mu’jizat
1.         Hissiyah
Ø Hanya dirasakan, dicerna, dan dilihat pada saat kemunculannya.
Ø Hanya untuk orang-orang yang menyaksikannya.
Ø Terjadi pada selain al-Qur’an.
2.         Aqliyyah
Ø Hanya bisa diketahui dengan akal dan pemikiran mendalam.
Ø Berlaku sepanjang masa.
Ø Bisa dirasakan/diketahui oleh siapapun yang memiliki cahaya pengetahuan khusus dan mata hati yang bersih.
Ø Hanya terjadi pada al-Qur’an.
F.      Aspek-aspek I’jaz Al-Qur’an
1.      I’jaz al-balaghi (sastra kebahasaan)
2.      I’jaz al-ghaiby (hal-hal ghaib)
3.      I’jaz al-tasyri’ry (perundang-undangan)
4.      I’jaz al-‘Ilmy (sains; ilmu pengetahuan) :
a.       I’jaz al-Thibbiy (kedokteran)
b.      I’jaz al-Falaky (astronomi)
c.       I’jaz al-Thabi’iy (fisika)
d.      I’jaz al-‘adady (jumlah bilangan)
e.       I’jaz al-I’lamiy (informasi):
Ø  Kejadian masa lalu.
Ø  Kejadian yang akan datang.
G.    Kadar Kemu’jizatan Al-Qur’an
1.      Mu’jizat al-Qur’an dalam susunan tabir (penuturan kalimat) nya dan dalam rangkaian seninya berdasarkan keistiqomahan terhadap kekhususan di dalam satu tingkatan.
2.      Mu’jizat al-Qur’an dalam bangunannya dan dalam keteraturan yang saling melengkapi antar bagian-bagiannya.
3.      Mu’jizat al-Qur’an dalam hal kemudahan untuk masuk ke dalam hati dan sanubari manusia.
F.      Fungsi Mu’jizat Al-Qur’an
1.      Sebagai bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW.
2.      Sebagai bukti kebenarannya sebagi firman Allah.
3.      Untuk meneguhkan keimanan kaum beriman.
4.      Melemahkan kaum Kuffar.

Komentar : Menurut saya, I’jazul Qur’an bisa dijadikan senjata yang ampuh dalam menjawab anggapan-anggapan para orientalis yang mengatakan bahwa al-Qur’an bukanlah wahyu dari Allah, melainkan ciptaan Nabi Muhammad SAW. dengan I’jazul Qur’an kita bisa membuktikan bahwa anggapan mereka mengenai al-Qur’an adalah salah. Kita bisa menunjukkan kebesaran Allah melalui keajaiban-keajaiban yang terkandung dalam al-Qur’an.

2 comments: